Hari ini yakni hari yang sungguh mengasyikkan. Ucapan selamat ulang tahun diberikan selalu – menerus kepadaku, entah itu melalui pesan pendek, messenger , dan situs pertemanan. Dan perayaan tak berhenti di situ saja. Ku kumpulkan dua teman dekatku dan mentraktir mereka selaku balasan ucapan selamat mereka kepadaku. Hari yang mengasyikkan.
Setelah menghabiskan waktu bersama sobat – temanku, salah seorang sahabatku berjulukan Rio menelpon. Dia berkata kalo dia sedang piknik di Bandung, sampai simpulan ahad ini. Dan berniat menginap di salah satu hotel di Bandung. Dan menyuruhku mampir ke hotel tempat ia bermalam.
Sudah cukup usang juga aku tak berjumpa sahabatku ini. Dan kalo beliau mampir ke Bandung, meskipun sebentar, dia niscaya senantiasa mengajakku mampir ke tempatnya menginap bagi sekedar mengobrol atau sekedar ditraktir dan nongkrong.
Jam sudah menawarkan setengah sepuluh malam. Setelah saya hingga di parkiran hotel, saya beristirahat sedikit di kendaraan beroda empat menarik nafas. Lalu saya ke luar dari mobil dan memasuki Lobby. Langsung menuju lift yg terletak di pojok ruangan tersebut.
Di dalam lift, saya menekan tombol lantai empat. Sesampainya di lantai empat, saya pun coba – coba mengingat nomor kamar yg diberikan oleh Rio lewat telpon tadi. Karena merasa tak niscaya, karenanya aku menjajal menelpon Rio.
“Halo, Yo? E.. nomor kamar lo berapa sih? Buruan – buruan lowbat nih! Halo.. halo.. yah..!!”
Sebelum Rio menyelesaikan kata – katanya, HP ku mati. “yah.. mati nih!” Gumamku. Aku menyaksikan ke arah kanan dan kiri, berusaha menebak – nebak kamarnya Rio. “Dimana ya? Kok sepi sekali? Gak ada penjaganya, gitu?”
Sampai datang – datang, dari arah dalam lift keluar seorang wanita. Wanita itu berpakaian putih seperti daster panjang, berambut agak panjang, dan wanita itu sedang hamil.
Setelah mendekat aku bisa menyaksikan muka perempuan itu. Sangat cantik. Mukanya sedikit kurus bagi ukuran orang yang sedang hamil. Dan aku perkirakan ia mungkin melakukan hamil bau tanah. Karena ukuran perutnya sudah membengkak.
Setelah berpapasan denganku, perempuan tersebut tersenyum kepadaku. Ya aku membalas tersenyum. Lalu wanita itu lanjut berjalan dengan sangat hati – hati. Lalu aku coba mengelilingi, alasannya ku pikir kalo Rio niscaya mulai membuka pintu dan mencariku juga. Karena beliau tau kalo saya telah sampai di hotel.
Lima menit aku berjalan dan menelusuri lorong. Tapi tak ada tanda – tanda Rio. “Ah.. Salah lantai, gitu?” Karena merasa salah, aku pun berinisiatif untuk kembali ke Lobby dan bertanya kepada receptionist hotel.
Aku pun berlangsung ke arah lift kembali dan menanti lift tiba di lantai empat. Dan saat aku menanti lift tiba. Tiba – datang.. ASTAGA! Sepertinya ada seseorang yg kini berdiri di belakangku. Aku melihatnya dan ternyata.. “Ini kan perempuan yang hamil tadi? Koq kini sudah ada di belakangku lagi?” ia hanya termenung dan melihat lurus ke depan sambil mengelus – elus perutnya yg hamil.
Lift pun datang di lantai empat. Dengan keadaan yang kosong. Aku pun masuk dan bangkit di depan tombol – tombol buat menekan lantai yang hendak dituju oleh lift ini. Dan perempuan hamil itu masuk. Dan bangkit di pojok lift.
“Mau ke lobby juga, Mbak?” dia hanya mengangguk sambil tetap mengelus – elus perut hamilnya, seolah memijit dengan halus perutnya tersebut. Karena tak berani melihatnya pribadi, aku cuma dapat menyaksikan perempuan tersebut melalui pantulan dinding lift. Sampai…..
“Aduh, ini kenapa lagi liftnya?!!” Lampu di dalam lift berkedip – kedip hidup dan mati. Aku mulai ketakutan. Aku menjajal berpegangan pada sesuatu. Dan Syukurlah peristiwa tersebut hanya terjadi dua detik saja. Lampu pun menyala wajar kembali. Tapi…..
Eaaaaa….. Eaaaaa….. Eaaaaa….. ehheeeekk..
Terdengar suara bayi menangis. Jelas terdengar dari arah pojok ruangan lift ini. Sontak bulu kudukku merinding. Dan tanganku gemetaran. Suara tangisan bayi tersebut sungguh jelas sekali. Ini tidak mungkin! Aku cuma mampu menunduk. Aku tidak berani buat menyaksikan ke arah pojok lift. Karena aku tahu, tak mungkin seorang bayi dapat timbul begitu saja dengan datang – datang.
Dan tak usang setelah itu terdengar bunyi wanita bersenandung, ASTAGA! Dengan rasa penasaran dan panik, aku menjajal menyaksikan ke arah pantulan pintu lift dan…..
ASTAGA!!!
Wanita tadi sekarang bangun sambil memegang bayi di pelukannya. Walaupun tak terlampau terperinci, tetapi terlihat wanita itu sedang menggoyangkan badannya sehingga selalu bersenandung bagi bayinya. Aku yg panik berupaya buat tak melihat perempuan tersebut. Jujur, segala bulu kudukku terasa bangun. Kaki dan tanganku gemetar. Gemetar alasannya panik. Dan sekarang saya menyaksikan tangan wanita itu menjulur dan akan memegang bahuku.
“Ya TUHAN….. Tolong Aku Ya TUHAN….. ASTAGHFIRULLOH…..”
Semakin terang dan semakin terasa di belakangku tangan wanita itu mendekat. Dan tiba – datang saja seisi lift ini pun berbau sungguh tidak sedap. Seperti busuk bangkai. Aku akan pusing. Sampai lift pun terbuka tanpa melihat ke belakang lagi, saya pun eksklusif berlari keluar. Aku duduk sejenak di sofa yg ada di lobby. Mengatur nafasku dan tiba – tiba saja seseorang tiba menghampiri diriku.
Ternyata itu Rio. “Yo, cabut eksklusif aja yuk! Gua gak yummy tubuh nih asli.” Kataku terhadap Rio. Tapi Rio malah mengajakku kembali ke kamarnya, dan katanya ada oleh – oleh yg hendak ia berikan. Dia berjalan, dan aku mengikutinya masuk ke dalam lift.
Sampailah kita di lantai empat. Kita pribadi masuk ke kamarnya Rio yang berada di lantai ini. Di dalam kamar, Rio permisi sebentar buat masuk ke kamar mandi. Aku yang merasa sangat lelah. Langsung menuju kawasan tidur buat tidur - tiduran sebentar, sekedar menutup mata sambil menunggu Rio final dari kamar mandi. Belum lama aku memejamkan mata. Tiba – datang…..
Eheeekk….. Eheekk.. Eaaaaa….. Eaaaaa…..
Terdengar suara bayi lagi! Suara tersebut terdengar sangat dekat denganku. Kontan aku terbangun. Dan.. ASTAGA!!! Di sampingku sekarang ada bayi yg menangis. Lalu, Ah….. aduh dari arah belakangku seperti ada sesuatu yg menendang kepalaku. Saat ku lihat ke belakangku, Dan….. Di Atasku, saya melihat sosok wanita tadi yang ku lihat di lift. Namun kini sosok perempuan itu berada di atasku. Lehernya tergantung di sebuah tali yang yang dibuat dari kain. Dan wanita itu dalam posisi gantung diri di tengah – tengah ruangan. Matanya yg melotot melihat ke arahku. Dengan suara tangisan yang terdengar mengerikan. Juga posisi tangannya, yg tampaknya berupaya menggapai sosok bayi yang berada di sampingku. Aku yg sangat cemas, dikala itu berusaha lari ke luar kamar. Dan berteriak minta tolong.
Tolong….. Tolong….. Tolong…..
Sampai risikonya, seorang bapak – bapak berpakaian mirip pegawai hotel mendorongku hingga jatuh dan dulu menyipratkan air berulang kali dan mengusapkan ke wajahku sambil mebaca – baca doa. Aku yang kebingungan di bawa ke ruang security oleh bapak – bapak tersebut. Lalu ia bercerita. Bahwa yg kulihat barusan ialah sundel bolong penunggu salah satu kamar di hotel ini.
Dulu sekali, di salah satu kamar di sini. Ada seorang perempuan hamil yg bunuh diri. Dan terkadang sering timbul mengusik orang yang melakukan pekerjaan di sini. Tapi gres kali ini saja, ia mengusik tamu yg ada di hotel ini. Lanjut bapak itu bilang, kalo sosok tersebut tidak dapat diusir dari sini. Bahkan pada malam – malam tertentu. Jika ada orang yang teliti melihat kamar pojok di lantai empat ini, lazimnya mulai kelihatan wanita berpakaian putih berdiri menghadap ke jendela sambil menggendong bayinya.
Esok harinya, saya gres bisa berjumpa dengan Rio lagi. Dan ia pun bercerita, kalo beliau secepatnya pindah hotel. Setelah mengalami insiden yg sama seperti ku, di kamarnya di lantai empat. Rio bercerita, di dikala dia mandi. Malam itu dari arah kaca kamar mandi. Ia dapat menyaksikan seorang perempuan hamil sedang bangun di depan pintu kamar mandinya. Dan terdengar suara tangisan dari wanita tersebut.
Posting Komentar