Namaku Luha. Aku akan menceritakan pengalamanku dahulu, ketika acara perpisahan sekolah.
Kami menyiapkan bagi membuat acara perpisahan sendiri yg terdiri dari teman sekelas kita saja. Kami mulai menyewa sebuah villa kecil di kawasan Ciater. Niatnya sih kita ingin semua sahabat sekelas ikut kumpul dan menciptakan rencana setelah lulus nanti. Tapi justru sebab hal tersebutlah kita menerima hal jelek.
Sekitar pukul delapan malam, Aku pergi menuju rumah Angga. Di sanalah daerah kalian berkumpul sebelum pergi besok pagi.
Sesampainya di sana Ku lihat beberapa temanku telah hadir. Ada yang melakukan duduk di depan tv menonton bola sambil makan kacang, dan ada juga yg sedang asik mengobrol di ruang tamu. Tak salah memilih rumah Angga bagi menginap semalam sebelum pergi besok pagi, alasannya rumahnya cukup besar. Dan pada ketika itu kedua orang renta Angga sedang pergi ke luar kota sebab ada kebutuhan bisnis.
Jam telah memberikan pukul sebelas malam, teman ku Sahid mengajakku mencari makan di luar. Karena perutku juga merasakan lapar, maka aku mengikut saja dibelakang. Kami pergi berlima, temanku lainnya cuma menitip.
Rumah Angga terletak jauh dari jalan Raya. Untuk menuju jalan, kami mesti berjalan terlebih lalu di Gang yang sempit.
Udara malam itu sungguh cuek. Mungkin alasannya adalah Bandung baru saja diguyur oleh hujan. Dan suasana telah sungguh sepi. Ku lihat pedagang kuliner sudah mulai berkemas untuk pulang. Mudah - mudahan di sekitaran sini masih ada tukang Nasi Goreng yg mangkal.
Sesaat kami berlangsung menuju perempatan, "BRUUGGHH!!"
Terjadi kecelakaan motor. Jelas sekali insiden tersebut terjadi di depan kawasan kalian berdiri. Spontan kami eksklusif berlari untuk membantu korban kecelakaan tersebut.
Terjadi kecelakaan motor. Jelas sekali insiden tersebut terjadi di depan kawasan kalian berdiri. Spontan kami eksklusif berlari untuk membantu korban kecelakaan tersebut.
Kedua pengendara motor tersebut tersungkur di pinggiran jalan raya tersebut. Kulihat darah segar dimana - mana. Baru kali ini aku menyaksikan kecelakaan motor separah ini. Kedua - duanya mengemudikan motornya sungguh kencang.
Satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Keduanya masih hidup, karena kulihat pria tersebut menggerakan badannya dikala dibopong ke pinggir. Dan yg satu lagi, perempuan, dia menjerit meminta tolong, "TOLOONG.. TOLOONG...!!" suara nya sangat lirih. Kasihan.
Temanku Andi ikut menggotong wanita itu ke pinggir jalan. Dan tidak usang ku lihat telah banyak orang yang berkerumun di sana. Mulai dari warga sekitar sampai pengguna jalan lainnya yang ingin tau ingin menyaksikan ada insiden apa di sana.
Ku lihat dengan seksama wanita tersebut. Kepalanya pecah, darah berlumuran di wajahnya. helm yang dipakainya entah dimana. Karena ukiran yang sungguh keraslah yang menjadikan mirip itu. Dan tidak lama kedua korban tersebut dibawa oleh mobil buat dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Setelah melihat insiden tersebut, kita memutuskan untuk kembali pulang ke rumah Angga dan tak jadi berbelanja NasiGoreng. Nafsu makan kami hilang begitu melihat darah yg berceceran. Kami menetapkan untuk memasak mie saja buat mengganjal perut lapar kita. Dan ku lihat baju yang digunakan Andi penuh dengan darah perempuan tadi. Karena Ia menolongnya menggotong tubuh wanita itu.
"Sungguh Mengerikan." pikirku.
Singkat cerita,
Esok paginya, kalian semua sudah berkumpul dan siap bagi berangkat menuju Ciater Villa yang telah kalian sewa. "Ki, bawa motornya pelan-pelan aja ya!" pinta ku kepada temanku, Diki. Aku berboncengan dengan Diki. Aku masih ngeri mempertimbangkan kejadian semalam.
Acara berjalan tanpa hambatan wajar - wajar saja. Tetapi malam harinya.....
Kami rombongan hendak pulang ke villa daerah kami menginap. Setelah bersenang - bahagia, Kami pun pulang pada malam hari. Kami bepergian dengan 7 motor, berboncengan dengan yang yg yg yang lain. Udara terasa sangat masbodoh sekali. Dan hujan mulai turun deras, dibarengi dengan angin yang berhembus sungguh kencang. Kami pun menghentikan laju motor kami, dan berteduh di suatu kios kosong tidak berpenghuni. Suasana sekitar sungguh sepi, ditambah gelap malam yang cuma diterangi oleh sinar bulan. Di kios tersebut diterangi oleh lampu kecil yang menyala redup, menambah situasi seram di pikiranku.
Tiba - tiba saja, "Woy, ketimbang melamun mending kita dengerin dongeng Nightmare Side aja gimana? Ini kan malam jumat, Bro?" seru Azim. Kami memang kadang mendengarkan Acara Nightmare Side bareng . Tapi saya agak ragu melihat keadaan kawasan sekitar, sangat menggambarkan suasana pemakaman umum.
Azim terlihat sangat antusiasmengeluarkan Ponselnya, dan segera menyetel radio Ardan. Tepat sekali siaran Nightmare Side melakukan berjalan. Ternyata sudah di cerita ketiga. Dan kita pun segala mendengarkan dengan seksama.
Setelah ceritanya akhir, kulihat hujan telah berhenti. "Gak sadar ujannya udah berhenti, Yuk Bubut!" perintah Sahid.
Entah kenapa ketika akan pergi, ku lihat raut tampang Andi dan Azim sungguh pucat. Seperti habis menyaksikan setan. Aku tak sempat menanyakannya.
Sahid yang memimpin rombongan, dengan mengendarai motor paling depan datang - datang mengerem mendadak. Aku dan teman - sahabat lainnya terkejut keheranan. "Tadi gua liat perempuan!" terang Sahid. "Serius gua gak bohong! Tadi kesorot sama lampu motor gua." Sahid menegaskan kalo beliau benar.
"Ayo cepet pulang!" pinta Andi. beliau nampak panik.
Kami pun seluruh mempercepat laju motor kami. Ingin rasa nya cepat hingga villa. Sebab saya sedari permulaan berada di kios sudah merasa tidak tenteram.
Saat sampai di villa, kalian pribadi masuk ke dalam dan berkumpul di ruang tengah. Ku lihat lagi Andi masih terlihat pucat. "Di, lo gak apa-apa?" aku coba mengajukan pertanyaan.
Andi tampakterkejut mendengar pertanyaanku, "Ha, tadi di jalan gua liat perempuan yg waktu kemarin kami tolong. Wajahnya sama persis dengan luka parah di kepalanya."
Kami segala kaget dengar pengukuhan Andi. Entah percaya atau tidak, Kami segala damai.
Lalu, "Dia meminta tolong buat mencarikan bab lidahnya yang hilang dikala kecelakaan kemarin." terang Andi lagi.
Lanjut dari legalisasi temanku lainnya, ketika kalian menyimak cerita Nightmare Side tadi, ia mendengar suara anak ayam. Namun terdengar sangat jauh sekali suaranya. Dan yg yang yang lain pun mengiyakan, bahwa mereka pun juga menyimak hal yg serupa.
Jujur saja, saya pun juga mendengarkannya. Tetapi saya tidak berani membicarakannya. Karena takut mengganggu situasi.
Setelah pulang dari Ciater, kita eksklusif ke lokasi dimana kecelakaan kemarin terjadi. Kami berdoa bersama dengan maksud arwah wanita tersebut tak lagi mengusik kami.
Dan sesudah itu, arwah perempuan itu tak lagi menghantui kalian.
Posting Komentar