Akhirnya aku pulang juga. Badanku sangat pegal. Itu karena sehari penuh saya syuting di Bandung buat sebuah liputan. Mataku telah mulai mengantuk. Tapi sayangnya saya tidak mampu tidur. Karena saya mesti menemani Dika, kameramenku yg juga menyetir buat sampai ke kantorku di Jakarta. Dan kami pun masuk ke jalan penghubung Bandung – Jakarta, yang dikenal dengan Tol Cipularang.
Di mobil kalian duduk bertiga. Aku duduk di depan, sebelahku Dika yang menyetir, dan sesuatu lagi Cici yang duduk di jok belakang. Aku melihat jam memperlihatkan pukul setengah satu dini hari. Suasana jalan Tol Cipularang ini sedikit sepi. Karena mungkin hari lazimdan sudah larut malam juga. Aku lihat dari spion tengah Cici sudah tertidur. Dika pun menegurku untuk tak tidur.
“Hmm.. Dasar Penakut!” kataku. Tapi memang masih hangat – hangat beberapa peristiwa yang terjadi di Cipularang kilometer Sembilan puluh tujuh itu. Mungkin Dika takut menyaksikan hal – hal abnormal.
Agar tak mengantuk, aku menyalakan Cd audio di kendaraan beroda empat. Sambil mengobrol santai, kamipun tertawa – tawa. Iseng saya melihat ke jalan. Mmh.. Sudah masuk kilometer enam puluh.
Ketika saya sadar. “Loh,,Dik, Kok Cd Audionya mati sich?” Dika dan aku saling berpandangan. Aku nyalakan lagi Cd Audionya, dan tak lama mati lagi. Sampai dua kali mirip itu. “Cd Audionya rusak ya Dik? Kok mati terus sich?” tanyaku. Dika pun hanya menggelengkan kepala.
Merasa bosan, aku menjajal mencari – cari hiburan. Aku melihat suatu mobil di depan dan mengajukan pertanyaan terhadap Dika. “Dik, mencoba deh, kira – kira ada berapa orang yg ada di dalam kendaraan beroda empat itu?” Lalu Dika memberi lampu jauh. Dan kelihatan dari bayangan kepalanya ada dua orang.
“Dua Orang!” Aku menjawab semangat. Dika Nampak kalah. Untuk memastikan ada berapa orang, kalian menyusul mobil itu.
Dannnnn….. hah! Di dalam mobil itu, penumpangnya cuma sendiri. Aku dan Dika bengong. Aku dapat mencicipi kendaraan beroda empat ini menjadi sungguh cepat.
“Eh, Eh, Eh, Dik santai Dik!” Aku menenangkan Dika. Aku menetapkan lagi dengan melihat ke spion kiri kendaraan beroda empat. “Hah!” Aku tersentak kaget, ketika aku melihat hal asing. Seperti suatu kain putih yang melekat di belakang kiri mobil dan berterbangan tertiup angin.
Aku termenung. Tapi alasannya adalah penasaran, aku pastikan melihatnya lebih terperinci lagi. Aku coba melihat ke spion tengah. Aku mampu menyaksikan Cici tertidur pulas. Tapi, mirip ada… Aku geser sedikit spion tengah mobil. ASTAGA!! Di sebelah Cici duduk seorang wanita dengan baju putih dan rambut hitam sebahu, Duduk menunduk. Reflex, aku eksklusif mengarahkan beling spion itu ke atas. Dika menegurku keheranan. Sedikit emosi ia bilang, bagaimana beliau mampu menyaksikan ke arah belakang. Aku tak menjawabnya. Dan menyuruh Dika buat terus konsen menyetir.
Aku berupaya damai. Walaupun akan ketakutan. Perasaanku campur aduk. Aku ingin menyaksikan lagi ke belakang, apa sosok itu masih ada atau tak. Tapi aku takut. Aku coba untuk bersikap normal. Dan kembali berbincang-bincang.
TEETTT….. TEETTT…..
Tiba – tiba, sebuah mobil member lampu tembak sambil membunyikan klakson. Dika memberi jalan kendaraan beroda empat itu bagi menyusul. Sebuah kendaraan beroda empat kijang berwarna merah marun dengan plat B menyusul kendaraan beroda empat kita.
Aku sempat bercanda. “Dik, pasti tuh orang kebelet ya jadi buru – buru ngebut. Haha..” Aku dan Dika tertawa. Hingga…..
TEETTT….. TEETTT…..
Sebuah kendaraan beroda empat di belakang memberi lampu tembak lagi. Kami memberi jalan lagi untuk kendaraan beroda empat itu lewat. Entah perasaan ku saja atau memang mobil yang menyusul kita ini suatu kendaraan beroda empat kijang berwarna merah marun dengan plat B.
Aku dan Dika mendadak memperhatikan mobil itu dengan seksama. Aku bahkan menghafalkan plat nomornya dan Dika menghafalkan mobilnya. Mobil itu pun menjauh. Dika melambatkan kecepatan mobil kalian.
Suasana semakin sepi. Lampu penerangan di jalan ini tak elok. Dan saya tidak tahu niscaya ini berada di kilometer berapa. Dan sebuah mobil memberi lampu tembak lagi.
TEETTT….. TEETTT…..
Aku dan Dika akan mencicipi perasaan tak enak. Mobil itu mulai menyusul. Aku perhatikan dengan seksama. Kaca kendaraan beroda empat itu sangat gelap. Dan dikala menyusul, secara reflex aku ambil kamera digitalku dan pribadi ku foto kendaraan beroda empat itu.
Hah! Benar saja. Itu kendaraan beroda empat kijang merah marun lagi. Dan dengan plat nomor yg sama. Tidak mulai mungkin ada mobil yg sama lewat sampai tiga kali di jalan tol. Bulu kudukku bangkit. Aku berupaya membuat Dika tetap konsen. Mobil itu melaju cepat. Dika kembali menekan gas mobil dan menjajal menyusulnya.
Di depan kami melihat suatu truk kontainer berada di jalur kiri. Dan sebuah bis berada di jalur kanan. Mobil kijang menyalip di antara bis dan truk itu. Mobil kami pun mengikutinya.
Dan….. Mobil itu hilang! Hilang…..!!! Ini benar – benar mustahil. Aku dan Dika menengok ke belakang. Dan ASTAGA! Truk dan Bis itu pun tidak ada! Dika semakin kencang mengemudikan kendaraan beroda empat ini. Kami berdua hanya melongo. Sampai karenanya kita pun datang di pintu tol dalam kota.
Esok paginya, kita membahas insiden yg kalian alami semalam. Memang banyak misteri di jalan tol Cipularang. Dan peristiwa yang aku alami beserta temanku ini, juga mungkin pernah dialami oleh pengguna jalan yang yang lain di jalan tol Cipularang.
Dan pagi itu, ketika saya menyaksikan tv. Ternyata diberitakan, telah terjadi kecelakaan ajal yg menimpa sebuah mobil travel di kilometer Sembilan puluh tiga. Dan aku jadi teringat kameraku. Aku membukanya. Melihat hasil foto semalam.
Hah! Bulu kudukku datang – tiba berdiri. Aku sungguh merinding. Ketika aku lihat hasil gambar itu. Terlihat suatu papan petunjuk jalan yang tak sengaja terfoto. Yang terlihat memperlihatkan kilometer Sembilan puluh tiga.
Posting Komentar