Halloween Costume ideas 2015

Disini tempat bagi kamu yang bernyali besar karena konten-kontenya full dengan cerita misteri super horro

The Killer


.
Author: Aslan Yakuza
.
Di bawah sinar bulan, nampak seorang perjaka berjalan cepat menuju ke area perkebunan. Sambil menyeret jasad seseorang yg berlumur darah beliau masuk ke dalam perkebunan jambu. Di sana sudah tersedia lubang yang cukup dalam. Lantas, perjaka itu memasukkan jasad perempuan malang itu ke dalam lubang, dahulu menimbunnya.
.
***
.
Suara keras dari televisi membangunkan Joddi. Ia bangkit sambil menggerutu kepada saudaranya yg tengah memakan mi instan sambil nonton isu.
.
"Semalam kau darimana?"
.
Pertanyaan Garry, menghentikan langkah Joddi yg mulai ke kamar mandi. Tetapi, Joddi tidak mengubris, beliau lebih memerhatikan televisi yang menyiarkan berita tentang pembunuhan yang terjadi semalam. Pembaca isu mengabarkan, bahwa kejadian itu diperkirakan terjadi pukul tiga dini hari.
.
Joddi meneguk ludah, sebelum berkata. "Lucci ...?!" Lekas ia kembali ke kamar, mengambil handphonnya lalu mencari nama seseorang dan segera menghubunginya.
.
Nir ada jawaban. Tetapi, nomor yang dihubungi Joddi, aktif. Tanpa cuci paras apalagi mandi, buru-buru meninggalkan rumah.
.
"Joddi! Kau mau ke mana?"
.
"Memastikan bahwa tak terjadi apa-apa pada Lucci!" sahutnya, tanpa menoleh sang kakak yang masih menikmati sarapan pagi.
.
***
.
Police line sudah terpasang di tempat peristiwa. Nir ada mayit di sana, kecuali bercak darah, bangku, meja, kertas dan suatu tas kecil yg berserak di sana.
.
Mendadak mata Joddi terbelalak. Tas merah itu tak ajaib lagi baginya. Tepat sekali! Tas itu punya Lucci.
.
"Pak! Boleh saya melalui batas ini? Aku mengetahui tas kecil yang berada di sana," ucap Joddi terhadap seorang Polisi yang berada di sana.
.
Polisi itu menatap Joddi penuh curiga. Lalu menjawab. "Tidak! Sebelum kita memeriksa, tak ada seorangpun yang boleh melintasi batas ini."
.
"Tapi Pak--"
.
"Nir!"
.
"Pak! Aku kenal barang itu. Tas itu milik pacarku!"
.
Polisi itu pun memandang Joddi cukup lama. "Baik! Kau harus ikut kalian ke kantor untuk dimintai informasi," ujar Polisi.
.
***
.
Setelah diperiksa, Polisi tak memperoleh petunjuk apa-apa dari seluruh yang dibilang Joddi. Polisi mengira pembunuhan itu terjadi dikala Joddi telah pergi dari sana. Anehnya, Joddi malah binggung sendiri. Ia masih belum tahu pasti jam berapa dia pergi dari sana dan kembali ke tempat tinggal. Mungkin karena banyak minum Joddi jadi tak ingat apa-apa.
.
Di kamarnya, Joddi masih terpikir mulai insiden yang menimpa kekasihnya. Dan yang lebih membuatnya sakit, sampai dikala ini Polisi belum mendapatkan jasad korban. Di mana Lucci? Ke mana pembunuh itu membuang jasad Lucci? Pertanyaan-pertanyaan itu menyerang fikiran Joddi.
.
Siang pun berganti. Seperti malam-malam biasa, abang Joddi senantiasa menonton televisi hingga dini hari. Tapi malam itu berlawanan. Tiba-tiba ia melihat kelebat seseorang dengan busana hitam ke luar dari pintu depan.
.
"Joddi ...! Apa itu kau?"
.
Tak ada tanggapan. Ia lalu bangkit dan melangkah menuju pintu depan buat menentukan. Pelan-pelan ia membuka pintu, kemudian menyaksikan situasi di luar. Tidak ada siapa-siapa sejauh matanya memeriksa. Yang dia lihat cuma pagar yg dijalari rumput liar. Ia menutup pintu.
.
Ktup!
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang ditutup dari arah dapur.
.
"Joddi ...! Kaukah itu?" serunya, sambil menuju dapar.
.
Langkah kakinya yang perlahan seakan diredam oleh suara komentator sepak bola di televisi. Ia sengaja sembunyi-sembunyi, berencana mengagetkan Joddi yang kerap pulang malam dan mabuk lewat pintu belakang. Tapi sayang, di ruang belakang tidak ada orang. Ia jadi merasa agak takut.
.
Tok! Tok! Tok!
Pintu depan diketuk. Suara itu membuatnya sempat terkejut. Bergegas dia ke depan dan membuang perasaan takut yg mulai menyelimut.
.
Krieeet ...!
Pintu pun ia bukakan.
.
"Aaaakkk!" ia terkejut bukan main, menyaksikan seseorang yg menggunakan jubah hitam dan bertopeng bangkit dalam posisi siap membacok dirinya.
.
Kakak Joddi berupaya menutup pintu kembali. Tetapi, usahanya itu dihalangi oleh orang berjubah hitam itu.
.
Crash!
Satu tusukan sempurna, menciptakan lengannya putus. Erangnya memecah heningnya malam, mengalahkan teriakan komentator sepak bola yang merayakan gol. Ia berupaya lari dari sosok berjubah itu. Namun, dengan cepat sosok itu mengejar-ngejar dan kembali menyambar bagian tubuh targetnya.
.
"Aaaaakkk!" Kali ini, erangannya lebih keras dari sebelumnya. Dia pun tersungkur sehabis kakinya dibacok oleh sosok berjubah itu.
.
Dengan sekuat tenaga ia mencoba menyeret badannya menjauh dari sang pembunuh itu. Benda-benda yg berada di dekatnya ia lempatkan terhadap sosok berjubah hitam yang berjalan pelan sambil mengoyang-goyang bendo panjang berlumur darah.
.
Crash! Crash!
Beberapa tusukan menyemprotkan darah yang menodai perabotan rumah. Semakin lama erangan sang korban sosok berjubah itu semaki lemah. Sosok itu tampakmenikmati detik-detik akhir hayat korbannya. Sang korban sudah tak lagi berdaya, terbaring dengan mata terpejam. Sosok berjubah mengangkangi badan korbannya sebatas pinggang, sebelum menancapkan senjatanya sempurna di dada sang korban yg di susul teriakan. "Aaaaakkk!!"
.
Usai memastikan korbannya tewas. Sosok berjubah itu menyeret korbannya ke suatu daerah. Loka yg pastinya jauh dari pemukiman, dan di sana pula beliau suda menyediakan lubang bagi memakamkan korban.
.
***
.
Kali ini, bukan suara televisi yang membagunkan Joddi, tapi sinar matahari segera yg menjadikannya terbangun.
.
"Kenapa aku tidur di sini?" gumamnya galau. Dan lebih membuat ia resah busana ajaib berwarna hitam yang dia kenakan. "Ini apaan? Jangan-jangan ... Kakak!!" teriaknya yg berada di teras rumah.
.
Akan tapi, Joddi mendadak diam, terpaku menyaksikan noda darah di rumahnya. "Apa yg terjadi?" dia langsung masuk ke dalam untuk mengusut.
.
Dicari ke mana-mana, sang abang tetap tak ada. Yang ada hanya panorama barang-barang acak-acakan, noda-noda darah dan lengan tangan yg dilingkari arloji yg sudah tidak abnormal lagi buat Joddi.
.
"Kakak ...," ucapnya lirih, menatap lengan tangan yg tergeletak.
.
Cepat-cepat ia memutar CCTV di rumahnya. Hasilnya, di luar prasangka. Sang kakak sudah tewas dibunuh seseorang yg mengenakkan jubah hitam, persis mirip jubah yg ketika itu Joddi kenakkan.
.
"Tidak! Nir! Ini tidak mungkin ...!!" Joddi berteriak seperti orang aneh, sesudah mengetahui kebenarannya.
.
.
The End.
Label:

Posting Komentar

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget