Kiriman member : Lina Ana
Alkisah seorang ibu tiri sungguh membenci anak tirinya. Ia berniat membunuh anak tirinya itu agar warisan suaminya jatuh pada anak kandungnya, adalah seorang anak perempuan bernama Marlene. Ibu tiri itu kemudian mendustai anak tirinya dengan menyuruhnya mengambil suatu apel dari dalam peti.
Ketika anak itu menjulurkan kepalanya ke dalam peti, ibu tiri itu dahulu menutupnya dengan keras sehingga kepala anak itu terpenggal.
Untuk menyembunyikan perbuatannya, ibu tiri itu menyatukan kepala anak itu ke badannya dan menyembunyikan lukanya dengan sapu tangan. Ia dahulu memerintahkan anak perempuannya, Marlene bagi mengundang kerabat tirinya yang sudah mati itu.
Ibunya berpesan supaya Marlene memukul telinganya bila beliau tidak menjawab. Marlene pun memanggilnya dan saat beliau tak menjawab (sebab telah mati), Marlene dahulu memukul anak itu sampai kepalanya terjatuh. Marlene histeris alasannya adalah menyangka beliau sudah membunuh saudaranya. Ibunya pun menghibur anak itu dan mengatakan pada anaknya bahwa buat menyembunyikan perbuatannya, ibunya mulai meletakkan memotong-motong anak itu kecil-kecil dan memasaknya di dalam kompor.
Yang lebih menyeramkan lagi, sang ibu tiri menyajikan daging anak itu pada suaminya yang kemudian memakannya dengan lahap. Tragisnya, sang ayah justru menyampaikan bahwa itu merupakan kuliner terenak yang pernah beliau makan.
Marlene yang ngeri melihat peristiwa itu menghimpun sisa-sisa tulang saudaranya dan menguburnya di bawah pohon juniper (sejenis pohon cemara). Dari pohon itu muncul seekor burung yang menyanyi “Ibuku membunuhku, ayahku memakanku.” Pada jadinya, sang ibu tiri itu mendapat eksekusi dan terbunuh oleh burung itu.
Alkisah seorang ibu tiri sungguh membenci anak tirinya. Ia berniat membunuh anak tirinya itu agar warisan suaminya jatuh pada anak kandungnya, adalah seorang anak perempuan bernama Marlene. Ibu tiri itu kemudian mendustai anak tirinya dengan menyuruhnya mengambil suatu apel dari dalam peti.
Ketika anak itu menjulurkan kepalanya ke dalam peti, ibu tiri itu dahulu menutupnya dengan keras sehingga kepala anak itu terpenggal.
Untuk menyembunyikan perbuatannya, ibu tiri itu menyatukan kepala anak itu ke badannya dan menyembunyikan lukanya dengan sapu tangan. Ia dahulu memerintahkan anak perempuannya, Marlene bagi mengundang kerabat tirinya yang sudah mati itu.
Ibunya berpesan supaya Marlene memukul telinganya bila beliau tidak menjawab. Marlene pun memanggilnya dan saat beliau tak menjawab (sebab telah mati), Marlene dahulu memukul anak itu sampai kepalanya terjatuh. Marlene histeris alasannya adalah menyangka beliau sudah membunuh saudaranya. Ibunya pun menghibur anak itu dan mengatakan pada anaknya bahwa buat menyembunyikan perbuatannya, ibunya mulai meletakkan memotong-motong anak itu kecil-kecil dan memasaknya di dalam kompor.
Yang lebih menyeramkan lagi, sang ibu tiri menyajikan daging anak itu pada suaminya yang kemudian memakannya dengan lahap. Tragisnya, sang ayah justru menyampaikan bahwa itu merupakan kuliner terenak yang pernah beliau makan.
Marlene yang ngeri melihat peristiwa itu menghimpun sisa-sisa tulang saudaranya dan menguburnya di bawah pohon juniper (sejenis pohon cemara). Dari pohon itu muncul seekor burung yang menyanyi “Ibuku membunuhku, ayahku memakanku.” Pada jadinya, sang ibu tiri itu mendapat eksekusi dan terbunuh oleh burung itu.
Posting Komentar