Baju, pakaian dalam telah semua kumasukkan ke dalam ransel. Lusa aku akan munggahan. Suatu tradisi menjelang bulan ampunan. Namun alasannya pekerjaanku yang cukup padat. Sebagai karyawan pembinaan, menciptakan hari puasa pertama ku tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya.
Rumahku di Ranca Engkek. Di bandung aku kos di Karang Setra. Dan itupun baru seminggu. Cukup erat dengan kawasan kerjaku di salah sesuatu Mall di Sukajadi.
Malam itu telah cukup malam untukku pulang. Belum lagi agenda keretanya. Terpaksa malam itu aku tak munggahan. Dan akan berdiam diri di kosan saja.
Di jalan pulang ke kosan. Aku merasa suasana di jalan sepi sekali. Ya mungkin sebab sudah pada pulang ke kampung halamannya masing – masing kali yah?
Sampailah aku di kosan. Saat itu aku berpapasan dengan Mang Aking, beliau penjaga kosan ku. Malam itu Mang Aking sedang menyapu halaman. Aku melempar senyum dulu beranjak masuk ke kamarku. Suasana kosanku sungguh sepi. Karena teman sekosanku telah pada pulang seluruh.
Sesekali suara sapu lidi Mang Aking yg melakukan menyapu halaman terdengar.
Sssshhhh… Sssssshhhhh… Ssssssshhhhh……
Sebentar aku menyandarkan bahuku tanpa berpikir apa – apa. Tiba – tiba Handphoneku berbunyi. Kulihat ternyata itu ibuku.
“Ya Halo Mah.. Iya nih gak bisa pulang kini. Baru pulangnya nanti. Ah? Oooo.. Besok mau ke Sukabumi lalu? Yaudah deh, mempunyai arti kamis aja pulangnya. Yaudah..”
Aku baru mampu pulang hari Kamis. Berarti hingga lusa saya mulai ngebangke nih di kosan. Aduh,,mana gak ada temen lagi. Aku coba menghibur diri dengan menyalakan tv. Saat aku nyalakan tv, lampu kamarku meredup. Sepertinya, listriknya tidak kuat. Daripada mati, saya matikan saja tv nya.
Hah? Suara orang berbincang-bincang?? Masih ada orang yah di sebelah?? Bukannya udah pada pulang? Aku menjajal mengevaluasi ke kamar sebelah. Dan dikala ku ketuk pintunya, bunyi itu hilang. Aneh! Tapi, di depan pintu ada segelas kosong bekas kopi. Dan bekas puntung rokok kretek. Ah, mungkin sedang menonton atau hanya perasaanku saja mendengar suara tadi.
Aku pun kembali ke kamar. Saat mulai masuk. Hah, Suara jendela? Aku lihat ke dalam kamarku, benar saja jendela kamarku terbuka. Ya mungkin angin. Aku coba berpikir aktual. Saat saya mulai menutup jendela kamarku lagi, tidak sengaja saya menyaksikan halaman kosan. Mang Aking sudah tak ada di sana. Dan datang – tiba.. Umhh.. tercium anyir bunga melati. Tanpa pikir panjang saya pribadi mentup jendelaku dan aku merebahkan diriku di daerah tidur sambil memainkan handphone. Saat itu ku lihat jam memperlihatkan jam sesuatu malam.
UAhhhh.. Mataku telah cukup mengantuk. Dan saya bersiap bagi tidur. Lalu, “Assalamu’alaikum..”
“ASTAGA!!” aku pribadi berdiri dari tidurku. Sangat terperinci sekali. Kali ini, aku mendengar bunyi.. suara seseorang dari kamar ini. Aku buka pintu kamarku dan aku menengok ke sekitar. Ah tapi tak ada siapa – siapa. Apa mungkin cuma perasaanku?
Saat saya akan menutup pintu kamarku. Dari bawah terdengar bunyi langkah seseorang menaiki tangga. Ah, ternyata itu yaitu Mang Aking. Ia menenteng suatu kopi hitam kemudian beliau berikan kepadaku. “Mang Aking ini bagi siapa?” Dan Mang Aking menjawab, “Ini kan untuk encep. Tadi disuruh ceweknya ke bawah bilang, kata encep suruh bikinin kopi item!”
“Ah, Mang Aking ini ada – ada aja. Jangan nakut – nakutin donk! Mana ada cewek Mang di sini! Daritadi juga sendiri.” Raut muka Mang Aking tiba – tiba berubah. Lalu menyuruhku mengambil kopi hitam ini dan menyimpannya di pojok kamarku. Tanpa pikir panjang aku pun melakukannya. Mang Aking kembali turun. Aku pun kembali ke kamar.
Belum hingga lima detik. Pintu kamarku diketuk.
“Aduh.. Mang Aking ini apa lagi sih?!!” pintunya kembali ku buka. Ah, namun Mang Aking tak ada di sana. Dan terdengar suara geraman seseorang. Sangat jelas ku dengar. “Su…suaaara.. apa itu?” terdengar dari dalam kamarku. Dan saat saya menutup pintu kamarku.
“ASTAGA!!” aku menyaksikan sesosok makhluk. Rambutnya hitam panjang menutupi wajahnya dan badannya sangat kurus serta pucat sekali. Tangannya panjang dan sosok itu sedang jongkok di pojok kamarku dekat kopi hitam itu. Aku sama sekali tidak mampu bergerak. Kakiku lemas. Dan…. Sosok itu melihatku. Matanya hitam dan mulutnya menganga sungguh lebar. Aku meloncat kaget. Kepalaku sungguh pusing. Aku ingin berteriak minta tolong. Namun suaraku tidak keluar. Aku berusaha keluar dan merangkak.
Sosok itu bisa kurasakan kini berada di atas punggungku. Menimpaku berat sekali. Dadaku terhimpit… nafasku sesak. Aku menghantam – mukul lantai kayu ini berharap seseorang mendengarku.
DAAGGG!! DAAGGG!! DAAGG!!
“TOLONG….. TOOLOOONGG…..”
Dan sukurlah aku melihat Mang Aking di depanku. Aku eksklusif beranjak dan berlari histeris memeluknya. “Mang Aking.. Mang Aking ada setan, Mang Aking…..!! Ada setan di kamarku Mang Aking!!” Mang Aking pun terdengar menjawab.
“Ceeep.. Istighfar Cep! Istighfar Cep…..”
Dan ketika saya menyaksikan. “ASTAGA!!” saya melihat Mang Aking berada di depan ku. Dan bukan yang ada di pelukanku. Saat itu kepalaku terasa sangat pusing. Dan aku pun jatuh tidak sadarkan diri. Saat tersadar saya sudah berada di kamarku. Aku melihat keluar. Hari telah pagi. Aku pun bergegas ke bawah menemui Mang Aking.
Aku menceritakan dan mengajukan pertanyaan wacana peristiwa semalam. Dan Mang Aking pun kisah. Bahwa telah menjadi tugasnyalah, setiap malam sebelum masuk Ramadan, dia menawarkan sesajen kepada penunggu kosan ini. Berupa kopi hitam ataupun rokok kretek. Dan malam itu, adalah malam bagian kamarku yg belum diletakkan sesajen.
Posting Komentar