Kiriman Member : Lina Ana
Seorang pria bekerja di suatu pabrik penggilingan. Suatu hari sebab gegabah, beliau mengalami kecelakaan menakutkan. Tubuhnya terpeleset dan masuk ke mesin penggilingan. Teriakannya menciptakan para rekan pekerjanya datang untuk menolong. Mereka langsung mematikan mesin penggiling itu. Namun terlambat. Separuh tubuhnya sudah masuk ke dalam mesin, dari pinggang ke bawah.
Karena trauma, ia bahkan tak merasakan sakit lagi. Namun teman2nya ngeri melihat genangan darah yg teramat banyak di bawahnya. Separuh tubuhnya yang masuk ke mesin telah ditentukan hancur.
Paramedis datang dan ikut ngeri menyaksikan kejadian. Pria itu masih hidup, bahkan masih sadar. Namun tubuhnya kian usang kian pucat. Ia kehilangan banyak darah dan tak ada cara apapun bagi mengeluarkan tubuh laki-laki itu dari mesin tanpa membunuhnya.
Rekan2 kerjanya kesannya berdiskusi. Mereka setuju memanggil istri sang pria. Wanita itu datang dan syok menyaksikan kondisi suaminya. Namun karenanya ia bisa menerima keadaan suaminya. Dengan berlinang air mata, ia mencium suaminya untuk yang terakhir kali.
Pemuda itu kian lemah namun masih terjaga. Ia melihat rekan2 kerjanya mengelilinginya. Ia berpikir mereka tiba untuk menolongnya dan menawan tubuhnya keluar dari mesin itu.
“Teman, kalian tak bisa membiarkanmu seperti ini. Bila engkau kami keluarkan, engkau mulai mati kekurangan darah. Jika kalian membiarkanmu di sana, maka kau mulai mati perlahan dengan sangat menyakitkan. Maafkan kalian, kami harus mengambil keputusan ini. Ini yg terbaik untukmu.”
“Apa maksud kalian?”
“Maafkan kalian sekali lagi, teman.”
Dan merekapun menyalakan mesin penggiling itu.
Seorang pria bekerja di suatu pabrik penggilingan. Suatu hari sebab gegabah, beliau mengalami kecelakaan menakutkan. Tubuhnya terpeleset dan masuk ke mesin penggilingan. Teriakannya menciptakan para rekan pekerjanya datang untuk menolong. Mereka langsung mematikan mesin penggiling itu. Namun terlambat. Separuh tubuhnya sudah masuk ke dalam mesin, dari pinggang ke bawah.
Karena trauma, ia bahkan tak merasakan sakit lagi. Namun teman2nya ngeri melihat genangan darah yg teramat banyak di bawahnya. Separuh tubuhnya yang masuk ke mesin telah ditentukan hancur.
Paramedis datang dan ikut ngeri menyaksikan kejadian. Pria itu masih hidup, bahkan masih sadar. Namun tubuhnya kian usang kian pucat. Ia kehilangan banyak darah dan tak ada cara apapun bagi mengeluarkan tubuh laki-laki itu dari mesin tanpa membunuhnya.
Rekan2 kerjanya kesannya berdiskusi. Mereka setuju memanggil istri sang pria. Wanita itu datang dan syok menyaksikan kondisi suaminya. Namun karenanya ia bisa menerima keadaan suaminya. Dengan berlinang air mata, ia mencium suaminya untuk yang terakhir kali.
Pemuda itu kian lemah namun masih terjaga. Ia melihat rekan2 kerjanya mengelilinginya. Ia berpikir mereka tiba untuk menolongnya dan menawan tubuhnya keluar dari mesin itu.
“Teman, kalian tak bisa membiarkanmu seperti ini. Bila engkau kami keluarkan, engkau mulai mati kekurangan darah. Jika kalian membiarkanmu di sana, maka kau mulai mati perlahan dengan sangat menyakitkan. Maafkan kalian, kami harus mengambil keputusan ini. Ini yg terbaik untukmu.”
“Apa maksud kalian?”
“Maafkan kalian sekali lagi, teman.”
Dan merekapun menyalakan mesin penggiling itu.
Posting Komentar