Halloween Costume ideas 2015

Disini tempat bagi kamu yang bernyali besar karena konten-kontenya full dengan cerita misteri super horro

Kaidan: Cry Of A Cat

“Setiap hari, siang malam, aku terus mendengar bunyi ‘Nya nya nya’! Aku tak tahan lagi!!!” Suzuki kembali bertengkar dengan pacarnya, Natsumi. Namun mirip biasa, gadis itu tidak menanggapinya dan asyik menonton televisi.
[Note: tampaknya ‘Nya nya nya’ adalah bagaimana suara kucing terdengar bagi orang Jepang]
Suzuki sudah beberapa bulan kehilangan pekerjaannya dan ‘menumpang’ di rumah pacarnya, Natsumi. Namun bukannya tambah dekat, Suzuki justru merasa semakin tak cocok dengan gadis itu. Pasalnya, Suzuki amat benci kucing (beliau menilai mereka hama). Namun sebaliknya Natsumi amat mengasihi mereka. Bahkan beliau menyediakan kuliner kucing di luar pintu apartemennya buat kucing-kucing liar yang tinggal di sana.

“Ya jelas saja mereka berkumpul di sini! Tiap hari kau menyediakan makanan gratis buat mereka!”
Namun Natsumi tidak pernah ambil sakit kepala akan hal itu. Ia tetap saja meneruskan kebiasaan itu dan sepertinya dia amat nyaman berada di sekitar kucing.
Pagi itu juga, setelah sarapan, beliau menawarkan kuliner kucing yg beliau letakkan di luar apartemennya. Saat dua kucing mulai berkumpul dan memakannya, ia menghabiskan waktu mengelus mereka, kemudian berangkat kerja.

Suzuki menghabiskan waktu dengan tiduran di atas tatami sambil menonton TV, tetapi suara kucing yang berkelahi di luar membuat terusik. Suzuki merasa muak dan memutuskan buat menuntaskan segalanya. Ia pergi ke swalayan terdekat kemudian membeli racun tikus.
Suzuki menunggu keesokan paginya dikala seperti umumNatsumi mempersiapkan makanan kucing. Setelah Natsumi pergi, barulah ia melancarkan rencananya. Ia memasukkan racun ke masakan kucing itu. Fauna-binatang itu tampaknya tidak mencurigainya. Iapun meneruskan menonton TV dan tak usang lalu, terdengar bunyi kucing-kucing itu tercekik dan menggelinjang sekarat di luar. Suzuki tersenyum puas.
“Akan kubereskan jenazah-mayit mereka sebelum Natsumi pulang.” janjinya pada dirinya sendiri. Namun ia malah ketiduran.
“Celaka!” serunya saat ia terbangun dan menyaksikan Natsumi sudah pulang sambil mengolah masakan. Niscaya dia telah melihat mayit-jenazah kucing itu di luar. Namun Natsumi sepertinya tidak membahasnya, jadi Suzuki berkesimpulan mungkin gadis itu menganggap maut kucing-kucing itu masuk akal.

Natsumi tak banyak mengatakan (bahkan tidak menanyakan apakah perjaka itu sudah melamar pekerjaan seperti biasa) dan Suzuki cuma makan sup yg disediakannya. Malam itu Suzuki merasa tidur amat nyenyak karena tak perlu mendengar bunyi ribut kucing lagi dari luar.
Pagi itu, seusai Natsumi pergi, Suzuki merasa ada sesuatu yg menyangkut di tenggorokannya. Ia tergesa-gesa pergi ke kamar mandi buat memuntahkannya, namun sekeras apapun ia berusaha, benda itu tidak ingin keluar.

“Nya nya nya ...”
Terdengar suara kucing lagi, namun kali ini dari dalam rumah.
“Astaga, kucing-kucing sial itu lagi!” makinya, “Belum kapok juga!”
Suzuki mencoba mencari yang berasal bunyi itu. Apa mungkin sekarang Natsumi meletakkan kucing-kucing itu di dalam rumah?
Namun anehnya, beliau mendengar bunyi itu dari dalam kulkas.

Perlahan Suzuki membukanya dan terhenyak, bahkan nyaris muntah. Di dalamnya ada daging yang terpotong-potong dengan bulu berwarna-warni masih melekat; kuning, hitam, dan putih. Daging itu kelihatan telah diiris-potong. Ia menoleh dan menyaksikan di dalam panci, masih ada daging yang tersisa dari sup yg kemarin diolah Natsumi.
Suzuki kembali berlari ke kamar mandi, berusaha memuntahkannya.
Namun yang keluar cuma gumpalan bulu-bulu yg selama ini menyangkut di tenggorokannya.
Suzuki terus berupaya muntah sampai menangis.

Ia sekarang mengkhawatirkan racun tikus yg mungkin masih tersisa di daging kucing itu.

Posting Komentar

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget