Kulihat jam dinding telah pukul 10 malam,seisi kantor pun sudah tampak kosong. Dengan tergesa gesa saya pun beranjak dari meja kerjaku dan pergi pulang memakai sepeda motor. Baru dua hari aku ditugaskan didaerah ini,oleh alhasil saya belum tahu betul mencari jalan potong supaya cepat hingga rumah. Lagi lagi saya mesti melalui jalan aspal panjang yg begitu gelap dan angker itu.
Selama diperjalanan sesekali aku merasa menggigil alasannya adalah udara saat itu sangat acuh taacuh,ditambah lagi hujan yang rintik rintik mulai turun. Aku pun makin memacu motorku secepat yang aku dapat. Aku tidak berani melihat sekelilingku alasannya pohon pohon tebu yg berkembang menjulang disekeliling jalan tampakgoyang goyang sebab ditiup angin,sehingga terlihat sungguh seram. Sesekali juga aku mengusap usap beling helmku yang telah akan lembap agar pandanganku tak terusik.
Namun disaat yg berbarengan 'BRAAKKK...' saya menabrak sesuatu yang rasanya mirip sebuah benda yang sungguh besar. Aku tidak sempat buat menghindar. Kuhentikan laju motorku dulu kutoleh ke belakang ternyata seorang anak kecil kira kira usia belasan tahun. ''ya ampun...'' sahutku dengan takut. Kepalanya pecah berlumur darah sambil terbaring diatas aspal dan menggelepar gelepar kesakitan. Kaki dan tangannya juga patah. Aku tidak berani kembali ke belakang untuk menyelamatkannya sebab bisa bisa aku malah dimassa oleh orang orang yang lewat dilintasan itu. Maka saya putuskan untuk langsung pergi meninggalkannya.
Semakin kupacu motorku yg telah ringsek bab depannya. Semoga tidak ada seorangpun yang melihat kejadian ini,pikirku. Tidak berapa usang aku pun melihat sebuah warung yg masih buka dipinggir jalan. Karena sangkin takutnya maka saya pun berhenti dan menaruh motorku didalam semak semak dan berlangsung ke dalam warung. Kulihat warung sungguh sepi sambil mendudukkan tubuhku disebuah bangku kayu panjang,kemudian memesan segelas kopi hangat.
''sepi ya bu'' kataku kepada yang empunya warung sambil meneguk kopi. Ibu itu hanya diam sambil sibuk mengurusi warungnya. Aku pun termenung. Kulihat ibu itu seperti sedang banyak persoalan,apalagi ditambah wajahnya yg kusut. Tubuhnya kurus dan rambutnya juga terlihat sungguh acak acakan. Ia tiba datang memandangku tajam dan mulai membuka mulutnya ''beliau nak,semenjak putraku sesuatu satunya pergi warung terlihat sepi''. ''kemana bu?'' tanyaku semangat sambil terus meneguk kopiku yang mulai terasa acuh taacuh. ''jauh nak,ibu pun kurang tahu. katanya ia mau kembali,tetapi nyatanya sekarang..'' balasnya sambil akan menitikkan air mata dan sesekali ketawa. ''tabah ya bu,beliau niscaya kembali'' gumamku.
Lalu ibu itu beranjak dari duduknya dan pergi kearah belakang warung sambil menjinjing sepucuk bunga yg baunya sungguh menusuk hidungku. Tidak berapa lama,dia kembali dan masuk kekamarnya. Dalam keheningan,saya teringat dengan seorang bocah naas tadi. Sesekali kuperhatikan kearah jalan siapa tahu ada orang yg mencari cariku. Malampun semakin hambar ditambah dengan hujan yang sudah akan deras.
''cuma ini yang ditinggalkannya'' kata ibu itu sambil keluar dari kamarnya. Ia memperlihatkanku sebuah baju berwarna merah. Ku raih baju itu dari genggamannya dan kuperhatikan lebih seksama,sepertinya itu bekas darah. Dan baunya sungguh bau. Aku gundah dan cemas. Tanganku gemetaran. Tiba datang ibu itu merampas kembali baju itu dari tanganku. Ibu itu semakin menangis sejadi alhasil sambil kembali lagi masuk kedalam kamarnya.
Campur aduk yang ada dipikiranku kini. Ku beranikan diriku buat melangkah perlahan lahan menuju arah belakang warung itu. Karena aku ingin tahu kemana ibu itu menaruh bunga yang dibawanya tadi. Tidak ada cahaya sama sekali dibelakang dan seketika tubuhku merinding ahli. Aku pun akan mencium aroma bunga tadi. Perlahan aku pun berlangsung menelusuri area gelap itu. Samar samar saya melihat suatu gundukan tanah yang kurang terawat. Semakin kuarahkan pandanganku kearahnya. Ternyata sebuah makam yang terdapat diatasnya batu nisan putih. Yang menciptakan jantungku berdetak kencang merupakan meninggalnya telah lama,lima tahun yg kemudian. Aku pun berlari meninggalkan area itu dan keringat masbodoh membasahi tubuhku.
Aku kembali ke tempat dudukku tadi sambil meneguk kembali kopiku. ''berarti putra ibu ini sudah usang meninggal. namun kenapa dia katakan pergi? gawat,ibu ini niscaya tidak waras'' sahutku dalam hati. ''tapi,apa mungkin putranya itu bocah yg kutabrak tadi? tak,tak mungkin,ini niscaya mustahil....'' sahutku lagi. Aku pun mengenakan jaketku dan bersiap bagi pergi pulang. ''hey nak,jangan pulang dahulu. saya masih mau dongeng'' kata ibu itu sambil keluar dari kamarnya. Kulihat wajahnya makin kusam. Aku pun kembali ketempat dudukku tadi dan merogoh dompetku bagi segera mengeluarkan uang.
''tapi nak,aku sungguh senang. dengar dengar,orang yang membawa pergi putraku itu katanya telah cacat karena sebuah kecelakaan. tangan dan kakinya putus'' kata ibu itu sambil tertawa. Aku sejenak termenung kemudian pergi tanpa menghiraukan ucapannya. Ku starter motorku dan kudengar ibu itu masih bicara sambil berteriak dan melambai lambaikan tangannya kearahku ''HATI HATI DIJALAN YA NAK...!!'' Aku pun tak berani melihat parasnya dan ku gas motorku sekuat tenaga berlalu dari hadapannya.
Tiba datang 'BRAAKKK..' aku pun terjatuh dari motor sehabis berupaya mengelakkan seorang bocah yg ketika itu juga menyebrang ditengah jalan, parasnya seperti dengan bocah yg kutabrak tadi. Lokasinya tak jauh dari warung tadi. Aku pun mengerang kesakitan. Kulihat darah berceceran dimana mana,tangan dan kakiku tidak lagi melekat ditubuhku. Bocah tadi tertawa tawa kegirangan sambil menawarkan wajahnya yang menakutkan.
Posting Komentar