Cerita Misteri
Ditulis oleh Naravina Yoichi
CSH - Derap langkah seorang gadis memecah keheningan malam itu. Hujan yg sedari tadi mengguyur tubuhnya, seakan tak dipedulikan. Gadis itu terus berlari, seolah setan dalam cerpen horor kebanyakan tenga mengejar-ngejar . Tapi, insan pasti punya batas. Gadis itu akan kekurangan napas. Ia berhenti sejenak di rerindangan pohon bagi mengontrol napasnya yg memburu.
Tak usang
berselang, segerombol orang muncul. Mereka secepatnya menerima gadis malang itu, lalu memukulinya, menendangnya, melecehkannya. Gadis itu hendak melawan, namun apa lacur, beliau merasa tak sanggum lagi. Dengan mata terpejam, dipasrahkannya nyawa sesuatu-satunya itu kembali terhadap Sang Khalik.
***
Beberapa tahun dulu…
Jam pertama di kelas IX-I SMP N 1 Bimasakti diawali oleh perkenalan seorang siswi gres. Pak Beno, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pertama mempersilahkan siswi barunya itu bagi memperkenalkan dirinya.
“Selamat pagi seluruh.” Sapa siswi gres itu.
“Pagiiii.” Balas seluruh anak yang ada di kelas IX-I.
“Perkenalkan, nama aku Lena, pindahan dari Sekolah Menengah Pertama N 2 Tunas Emas, semoga kalian dapat berteman baik,” katanya sambil tersenyum ramah.
“Baiklah, Lena, kau boleh duduk di bangkumu sekarang. Di sebelah Novita ya.” Pak Beno mempersilahkan Lena duduk. Lena pun duduk di sebelah Novita yang sedang memegang buku Kisah-cerita Tengah Malam karya Edgar Allan Poe – salah satu buku cerpen horor kesukaannya. Lalu Pak Beno akan mengabsen mereka. Ketika Pak Beno akan membuka mangkir, anak-anak di kelas mulai gusar, mirip ada satu yg membuat mereka cemas.
“Alfin!” Pak Beno akan memanggil nama muridnya sesuatu persatu.
“Hadir!”
“Anas!!”
“Hadir, Pak!” Pak Beno terus mengundang, sampai alhasil di urutan yg ke-13, entah kenapa seisi kelas langsung menegang. Mereka seluruh menanti nama anak yang hendak dipanggil oleh Pak Beno berikutnya.
“Lena!!!”
“Hadir, Pak!!” Balas Lena. Tetapi datang-datang, seisi kelas eksklusif menatap gadis itu dengan tatapan ngeri. Lena mengernyitkan dahinya gundah. Linda dan Samuel yg duduk di dekatnya eksklusif memindah bangku dan meja mereka jauh-jauh dari Lena. Lena menatap sobat-temannya dengan tatapan tak mengerti. ‘Kenapa sih dengan mereka?’ Batin Lena kebingungan.
***
Saat jam istirahat, Lena hendak pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku cerpen horor di sana. Ketika sedang menuju ke sana, tiba-datang kaki Lena kesrimpet sendiri, membuat Lena terjatuh. Bukannya menolong, teman-sobat Lena malah mengerumuninya dan menatapnya dengan pandangan ngeri. Lena tergesa-gesa bangkit dan segera pergi dari daerah itu.
Jam ketiga yakni jam olahraga, dan bahan olahraga mereka kali ini voli. Entah sudah berapa kali tadi wajah Lena terkena lemparan bola. Bahkan saat bertarung , salah seorang sahabat Lena men-smash bola dan tepat menganai tampang Lena. Hidung Lena mengeluarkan darah dan dia pingsan.
***
Lena tersadar di ruang UKS. Ia melihat seorang perawat yang kebetulan berada di ruangan itu. “Mbak...” panggilnya pelan. Perawat itu mendengar suara Lena dan pribadi menoleh ke kawasan sumber bunyi.
“Eh, Adek sudah sadar?” tanya perawat itu girang. Ia bangkit dari kawasan duduknya dan membawakan Lena nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. “Makan lalu ya,” kata perawat itu sambil menaruh nampannya di meja sebelah tempat tidur Lena.
“Ah, iya, terima kasih...,” Balas Lena, sambil berusaha tersenyum.
“Adek tadi pingsan, untung beberapa sobat Adek pribadi cepat melaporkannya,” dongeng perawat itu. Lena teringat kejadian dikala bermain voli tadi. Iya, ia memang pingsan, tapi bukan alasannya terkena smash, melainkan alasannya adalah sesuatu yang lain. Sesuatu yg bahkan mungkin teman-temannya tidak tahu. Saat jam pertama tadi, dikala pelajaran telah dimulai, dia senantiasa merasa ada orang yg mengamatinya di belakang, tapi saat dia berbalik, tidak ada siapa-siapa, jelas saja tidak ada, diakan duduk di gugusan terakhir.
Lalu ketika makan siang di kantin, beliau memesan semangkuk bakso, namun saat dia mau makan, bakso itu menjelma 4 bola mata, bahkan mienya menjelma cacing kalung yg besar-besar. Lalu ketika di ruang ganti, saat beliau membuka lokernya, ia memperoleh mayit di dalam lokernya itu, beliau berteriak histeris, tapi alasannya adalah tidak ada orang, jadi tidak ada yg mendengar teriakannya.
Saat sedang lari pemanasan, ia tersandung sesuatu dan ketika dilihatnya ternyata ada suatu tangan yang tadi memegang pergelangan kakinya. Dan masih banyak lagi keanehan-abnormalitas lainnya. Mungkin itulah yg membuatnya sedikit stres, alasannya adalah terlalu banyak berpikir akibatnya beliau kelelahan sendiri dan jatuh pingsan alasannya adalah ditambah smash bola voli yang cukup besar lengan berkuasa.
“Adek,” Panggil perawat itu lagi, membuyarkan lamunan Lena.
“Eh, ya.. ad, ada apa mbak?” Lena gelagapan.
“Enggak baik lho ngelamun siang-siang, nanti kesambet!” Perawat itu menakuti-nakuti Lena. Lena cuma menyikapi dengan tawa kecil. Tetapi tak lama tawanya itu menghilang, parasnya menjadi murung dan terlihat cemas.
“Maaf mbak ada yang ingin saya tanyakan,” kata Lena. “Kenapa rasanya saya hari ini sial terus ya? Bahkan kerap kali, aku menyaksikan hal yg aneh-gila. Mirip dongeng dalam cerpen-cerpen horor itu.” Wajah perawat itu ketika itu juga memucat, tubuhnya sedikit gemetaran.
“Hah, gila-gila? Seperti apa misalnya?” Tanya perawat itu, beliau akan ketakutan.
“Waktu istirahat, aku memesan bakso di kantin, tetapi dikala aku mau makan, bakso itu berkembang menjadi 4 buah bola mata, waktu aku hendak mengubah baju di ruang ganti, aku menyaksikan jenazah di loker aku, dan terakhir ketika pemanasan, pergelangan kaki saya dipegang oleh tangan gila sampai aku terjatuh. Pokoknya ngeri mbak, persis cerpen horor,” kata Lena bergidik.
Perawat itu tampakbingung, rasanya ia ingin keluar dari ruang UKS cepat-cepat, tapi niat itu di urungkannya sebab ia tidak tega menyaksikan kondisi Lena yang menyedihkan. ‘Apa semestinya kuceritakan?’ Batin perawat itu. Namun karenanya dia putuskan buat menceritakannya, tragedi yang terjadi di SMP N 1 Bimasakti 13 tahun yg dulu.
“Adek ingin tahu kenapa hari ini adek senantiasa sial?” kata perawat itu. Lena menjawab dengan anggukan cepat. “Cerita ini mirip sebuah cerita dalam cerpen horor. Tiga belas tahun lalu, terjadi peristiwa yang cukup menyedihkan di SMP N 1 Bimasakti ini, dikala itu ada seorang gadis yang sungguh tak mujur, beliau selalu menjadi bahan tertawaan dan olok-olokan dari teman-temannya, dulu dikala ulang tahunnya yg ke-13,
sobat-temannya mengerjainya habis-habisan sepanjang hari, entah itu dilempari mercon, tepung, telur busuk, dikunci dalam kamar mandi, ditukar makan siangnya, atau pun di tuduh sedang sebuah kejahatan, namun rupanya teman-teman gadis itu sudah kelewatan, mereka memfitnah gadis itu mencuri uang abang kelas mereka, sebab murka, abang kelasnya itu pun menghajarnya habis-habisan, namun gadis itu sukses melarikan diri, sayangnya tak berapa lama dulu, dia tertangkap lagi dan kesudahannya ia meregang nyawa sebab disiksa lebih parah. Tidak tahu mesti berbuat apa, abang kelas beserta teman-temannya memutuskan untuk mengubur jenazah gadis itu, dan hingga sekarang, jasadnya belum didapatkan.”
Perawat itu mengambil jeda sebentar kemudian melanjutkan kembali. “Sebelum mati, gadis itu bersumpah buat membunuh setiap orang yang memperoleh bolos nomor 13, kenapa begitu? Itu alasannya adalah penyebab teman-temannya terus mengejek dan mengerjainya ialah alasannya adalah mereka percaya bahwa angka 13 menjinjing sial, jadi mereka ingin menerangkan hal tersebut dengan cara mengucilkan, mengejek, dan menyiksa orang yg menerima mangkir nomor 13 di kelas mereka, dan si gadis itu kebetulan mendapat nomor absen yang ke 13.”
JDAARRR!!! Tiba-datang kilat menyambar dan mengagetkan Lena juga perawat itu. Langit yang tadinya cerah sudah menjelma mendung, dan tak usang lalu hujan pun turun. Lampu di ruang UKS datang-datang mati. Lena dan perawat itu panik. Samar-samar mereka mendengar suara rintihan seseorang.
“Tolong… tolong…” Suara itu makin terdengar terperinci, dan datang-tiba dari bawah ranjang Lena muncul sesosok mahluk, perawat yang tadi duduk di sebelah Lena eksklusif menjauh dan menjerit cemas. Makhluk astral yg cuma timbul dalam cerpen horor itu sekarang berlumurah darah dan parasnya tidak terlalu jelas sebab lusak, kulit-kulitnya dipenuhi koreng dan luka-luka yang sudah membusuk. Bau tak sedap pun tercium dari makhluk itu.
“Tolong....,” Makhluk itu berbalik ke tempat Lena berbaring. Lena refelks bangkit, dia bangun di atas ranjangnya melempari makhluk itu dengan benda-benda yg ada disekitarnya.
“Hentikan! Hentikan! Jangan bunuh aku!! Aku belum ingin mati!!!” Lena histeris, ia loncat dari segi yang lain ranjang dan berlari ke tempat si perawat. Makhluk itu tidak memburu, beliau memandang Lena dari tempatnya berdiri, perlahan-lahan setetes darah jatuh di atas lantai, makhluk itu menangis darah. “Tolong saya. Kuburkanlah jasadku dengan pantas.”
Setelah berkata seperti itu, mahluk itu raib. Lampu yg tadi mati hidup kembali, namun Lena dan perawat itu masih gemetar cemas. Wangi anyer dan anyir darah masih membekas di ruangan itu, bahkan tetesan darah mahluk tadi masih ada di lantai. Perawat itu karenanya memberanikan diri untuk bergerak kembali, dia mengambil pel buat membersihkan lantai UKS yg kotor. Lena pun ikut memberanikan dirinya juga, dia berencana untuk membantu si perawat, namun dikala hendak mengelap lantai yang berbecak darah tadi, beliau menyaksikan rangkain tulisan asal dari bercak darah itu, “U... K...S..,” Lena mengejanya. Tiba-datang terpampang jawaban di kepalanya.
“Mbak! Saya tahu di mana jasad gadis itu!” Serunya besar hati. Perawat itu terdiam buat sesaat, namun kemudian dia kelihatan besar hati juga.
“Benarkah? Di mana??” tanyanya.
“DI UKS!!!” Jawab Lena. “13 tahun yang dahulu di sekolah ini belum ada UKS kan??” Perawat itu membisu sebentar bagi berpikir, dahulu beberapa ketika lalu ia menggeleng. “Belum ada!! Mungkin memang dikubur di bawah ruang UKS!” Lalu keduanya saling bersorak besar hati.
***
Keesokan harinya, Lena dan perawat di UKS itu meminta tolong terhadap kepala sekolah buat mengirim tim penyelidik. Dan siangnya tim penyelidik yang mereka panggil itu menggali di sekitar mahluk itu muncul. Akhirnya setelah usang menggali, mereka mendapat tulang-belulang yg cukup besar yang diduga itu adalah tulang badan gadis yg tewas 13 tahun lalu itu. Bahkan mereka memperoleh tengkorak kepalanya dan beberapa benda mirip jam tangan dan kalung punya gadis itu.
Setelah semuanya dikebumikan dengan patut, Lena menyaksikan kurang jelas bayangan yg melambaikan tangan padanya dan mengucapkan “terima kasih”. Lena tersenyum bahagia dan membalas melambaikan tangan juga. Dan bayangan itu menghilang, untuk selamanya.
_______
SEKIAN
Ditulis oleh Naravina Yoichi
CSH - Derap langkah seorang gadis memecah keheningan malam itu. Hujan yg sedari tadi mengguyur tubuhnya, seakan tak dipedulikan. Gadis itu terus berlari, seolah setan dalam cerpen horor kebanyakan tenga mengejar-ngejar . Tapi, insan pasti punya batas. Gadis itu akan kekurangan napas. Ia berhenti sejenak di rerindangan pohon bagi mengontrol napasnya yg memburu.
Tak usang
berselang, segerombol orang muncul. Mereka secepatnya menerima gadis malang itu, lalu memukulinya, menendangnya, melecehkannya. Gadis itu hendak melawan, namun apa lacur, beliau merasa tak sanggum lagi. Dengan mata terpejam, dipasrahkannya nyawa sesuatu-satunya itu kembali terhadap Sang Khalik.
***
Beberapa tahun dulu…
Jam pertama di kelas IX-I SMP N 1 Bimasakti diawali oleh perkenalan seorang siswi gres. Pak Beno, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pertama mempersilahkan siswi barunya itu bagi memperkenalkan dirinya.
“Selamat pagi seluruh.” Sapa siswi gres itu.
“Pagiiii.” Balas seluruh anak yang ada di kelas IX-I.
“Perkenalkan, nama aku Lena, pindahan dari Sekolah Menengah Pertama N 2 Tunas Emas, semoga kalian dapat berteman baik,” katanya sambil tersenyum ramah.
“Baiklah, Lena, kau boleh duduk di bangkumu sekarang. Di sebelah Novita ya.” Pak Beno mempersilahkan Lena duduk. Lena pun duduk di sebelah Novita yang sedang memegang buku Kisah-cerita Tengah Malam karya Edgar Allan Poe – salah satu buku cerpen horor kesukaannya. Lalu Pak Beno akan mengabsen mereka. Ketika Pak Beno akan membuka mangkir, anak-anak di kelas mulai gusar, mirip ada satu yg membuat mereka cemas.
“Alfin!” Pak Beno akan memanggil nama muridnya sesuatu persatu.
“Hadir!”
“Anas!!”
“Hadir, Pak!” Pak Beno terus mengundang, sampai alhasil di urutan yg ke-13, entah kenapa seisi kelas langsung menegang. Mereka seluruh menanti nama anak yang hendak dipanggil oleh Pak Beno berikutnya.
“Lena!!!”
“Hadir, Pak!!” Balas Lena. Tetapi datang-datang, seisi kelas eksklusif menatap gadis itu dengan tatapan ngeri. Lena mengernyitkan dahinya gundah. Linda dan Samuel yg duduk di dekatnya eksklusif memindah bangku dan meja mereka jauh-jauh dari Lena. Lena menatap sobat-temannya dengan tatapan tak mengerti. ‘Kenapa sih dengan mereka?’ Batin Lena kebingungan.
***
Saat jam istirahat, Lena hendak pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku cerpen horor di sana. Ketika sedang menuju ke sana, tiba-datang kaki Lena kesrimpet sendiri, membuat Lena terjatuh. Bukannya menolong, teman-sobat Lena malah mengerumuninya dan menatapnya dengan pandangan ngeri. Lena tergesa-gesa bangkit dan segera pergi dari daerah itu.
Jam ketiga yakni jam olahraga, dan bahan olahraga mereka kali ini voli. Entah sudah berapa kali tadi wajah Lena terkena lemparan bola. Bahkan saat bertarung , salah seorang sahabat Lena men-smash bola dan tepat menganai tampang Lena. Hidung Lena mengeluarkan darah dan dia pingsan.
***
Lena tersadar di ruang UKS. Ia melihat seorang perawat yang kebetulan berada di ruangan itu. “Mbak...” panggilnya pelan. Perawat itu mendengar suara Lena dan pribadi menoleh ke kawasan sumber bunyi.
“Eh, Adek sudah sadar?” tanya perawat itu girang. Ia bangkit dari kawasan duduknya dan membawakan Lena nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. “Makan lalu ya,” kata perawat itu sambil menaruh nampannya di meja sebelah tempat tidur Lena.
“Ah, iya, terima kasih...,” Balas Lena, sambil berusaha tersenyum.
“Adek tadi pingsan, untung beberapa sobat Adek pribadi cepat melaporkannya,” dongeng perawat itu. Lena teringat kejadian dikala bermain voli tadi. Iya, ia memang pingsan, tapi bukan alasannya terkena smash, melainkan alasannya adalah sesuatu yang lain. Sesuatu yg bahkan mungkin teman-temannya tidak tahu. Saat jam pertama tadi, dikala pelajaran telah dimulai, dia senantiasa merasa ada orang yg mengamatinya di belakang, tapi saat dia berbalik, tidak ada siapa-siapa, jelas saja tidak ada, diakan duduk di gugusan terakhir.
Lalu ketika makan siang di kantin, beliau memesan semangkuk bakso, namun saat dia mau makan, bakso itu menjelma 4 bola mata, bahkan mienya menjelma cacing kalung yg besar-besar. Lalu ketika di ruang ganti, saat beliau membuka lokernya, ia memperoleh mayit di dalam lokernya itu, beliau berteriak histeris, tapi alasannya adalah tidak ada orang, jadi tidak ada yg mendengar teriakannya.
Saat sedang lari pemanasan, ia tersandung sesuatu dan ketika dilihatnya ternyata ada suatu tangan yang tadi memegang pergelangan kakinya. Dan masih banyak lagi keanehan-abnormalitas lainnya. Mungkin itulah yg membuatnya sedikit stres, alasannya adalah terlalu banyak berpikir akibatnya beliau kelelahan sendiri dan jatuh pingsan alasannya adalah ditambah smash bola voli yang cukup besar lengan berkuasa.
“Adek,” Panggil perawat itu lagi, membuyarkan lamunan Lena.
“Eh, ya.. ad, ada apa mbak?” Lena gelagapan.
“Enggak baik lho ngelamun siang-siang, nanti kesambet!” Perawat itu menakuti-nakuti Lena. Lena cuma menyikapi dengan tawa kecil. Tetapi tak lama tawanya itu menghilang, parasnya menjadi murung dan terlihat cemas.
“Maaf mbak ada yang ingin saya tanyakan,” kata Lena. “Kenapa rasanya saya hari ini sial terus ya? Bahkan kerap kali, aku menyaksikan hal yg aneh-gila. Mirip dongeng dalam cerpen-cerpen horor itu.” Wajah perawat itu ketika itu juga memucat, tubuhnya sedikit gemetaran.
“Hah, gila-gila? Seperti apa misalnya?” Tanya perawat itu, beliau akan ketakutan.
“Waktu istirahat, aku memesan bakso di kantin, tetapi dikala aku mau makan, bakso itu berkembang menjadi 4 buah bola mata, waktu aku hendak mengubah baju di ruang ganti, aku menyaksikan jenazah di loker aku, dan terakhir ketika pemanasan, pergelangan kaki saya dipegang oleh tangan gila sampai aku terjatuh. Pokoknya ngeri mbak, persis cerpen horor,” kata Lena bergidik.
Perawat itu tampakbingung, rasanya ia ingin keluar dari ruang UKS cepat-cepat, tapi niat itu di urungkannya sebab ia tidak tega menyaksikan kondisi Lena yang menyedihkan. ‘Apa semestinya kuceritakan?’ Batin perawat itu. Namun karenanya dia putuskan buat menceritakannya, tragedi yang terjadi di SMP N 1 Bimasakti 13 tahun yg dulu.
“Adek ingin tahu kenapa hari ini adek senantiasa sial?” kata perawat itu. Lena menjawab dengan anggukan cepat. “Cerita ini mirip sebuah cerita dalam cerpen horor. Tiga belas tahun lalu, terjadi peristiwa yang cukup menyedihkan di SMP N 1 Bimasakti ini, dikala itu ada seorang gadis yang sungguh tak mujur, beliau selalu menjadi bahan tertawaan dan olok-olokan dari teman-temannya, dulu dikala ulang tahunnya yg ke-13,
sobat-temannya mengerjainya habis-habisan sepanjang hari, entah itu dilempari mercon, tepung, telur busuk, dikunci dalam kamar mandi, ditukar makan siangnya, atau pun di tuduh sedang sebuah kejahatan, namun rupanya teman-teman gadis itu sudah kelewatan, mereka memfitnah gadis itu mencuri uang abang kelas mereka, sebab murka, abang kelasnya itu pun menghajarnya habis-habisan, namun gadis itu sukses melarikan diri, sayangnya tak berapa lama dulu, dia tertangkap lagi dan kesudahannya ia meregang nyawa sebab disiksa lebih parah. Tidak tahu mesti berbuat apa, abang kelas beserta teman-temannya memutuskan untuk mengubur jenazah gadis itu, dan hingga sekarang, jasadnya belum didapatkan.”
Perawat itu mengambil jeda sebentar kemudian melanjutkan kembali. “Sebelum mati, gadis itu bersumpah buat membunuh setiap orang yang memperoleh bolos nomor 13, kenapa begitu? Itu alasannya adalah penyebab teman-temannya terus mengejek dan mengerjainya ialah alasannya adalah mereka percaya bahwa angka 13 menjinjing sial, jadi mereka ingin menerangkan hal tersebut dengan cara mengucilkan, mengejek, dan menyiksa orang yg menerima mangkir nomor 13 di kelas mereka, dan si gadis itu kebetulan mendapat nomor absen yang ke 13.”
JDAARRR!!! Tiba-datang kilat menyambar dan mengagetkan Lena juga perawat itu. Langit yang tadinya cerah sudah menjelma mendung, dan tak usang lalu hujan pun turun. Lampu di ruang UKS datang-datang mati. Lena dan perawat itu panik. Samar-samar mereka mendengar suara rintihan seseorang.
“Tolong… tolong…” Suara itu makin terdengar terperinci, dan datang-tiba dari bawah ranjang Lena muncul sesosok mahluk, perawat yang tadi duduk di sebelah Lena eksklusif menjauh dan menjerit cemas. Makhluk astral yg cuma timbul dalam cerpen horor itu sekarang berlumurah darah dan parasnya tidak terlalu jelas sebab lusak, kulit-kulitnya dipenuhi koreng dan luka-luka yang sudah membusuk. Bau tak sedap pun tercium dari makhluk itu.
“Tolong....,” Makhluk itu berbalik ke tempat Lena berbaring. Lena refelks bangkit, dia bangun di atas ranjangnya melempari makhluk itu dengan benda-benda yg ada disekitarnya.
“Hentikan! Hentikan! Jangan bunuh aku!! Aku belum ingin mati!!!” Lena histeris, ia loncat dari segi yang lain ranjang dan berlari ke tempat si perawat. Makhluk itu tidak memburu, beliau memandang Lena dari tempatnya berdiri, perlahan-lahan setetes darah jatuh di atas lantai, makhluk itu menangis darah. “Tolong saya. Kuburkanlah jasadku dengan pantas.”
Setelah berkata seperti itu, mahluk itu raib. Lampu yg tadi mati hidup kembali, namun Lena dan perawat itu masih gemetar cemas. Wangi anyer dan anyir darah masih membekas di ruangan itu, bahkan tetesan darah mahluk tadi masih ada di lantai. Perawat itu karenanya memberanikan diri untuk bergerak kembali, dia mengambil pel buat membersihkan lantai UKS yg kotor. Lena pun ikut memberanikan dirinya juga, dia berencana untuk membantu si perawat, namun dikala hendak mengelap lantai yang berbecak darah tadi, beliau menyaksikan rangkain tulisan asal dari bercak darah itu, “U... K...S..,” Lena mengejanya. Tiba-datang terpampang jawaban di kepalanya.
“Mbak! Saya tahu di mana jasad gadis itu!” Serunya besar hati. Perawat itu terdiam buat sesaat, namun kemudian dia kelihatan besar hati juga.
“Benarkah? Di mana??” tanyanya.
“DI UKS!!!” Jawab Lena. “13 tahun yang dahulu di sekolah ini belum ada UKS kan??” Perawat itu membisu sebentar bagi berpikir, dahulu beberapa ketika lalu ia menggeleng. “Belum ada!! Mungkin memang dikubur di bawah ruang UKS!” Lalu keduanya saling bersorak besar hati.
***
Keesokan harinya, Lena dan perawat di UKS itu meminta tolong terhadap kepala sekolah buat mengirim tim penyelidik. Dan siangnya tim penyelidik yang mereka panggil itu menggali di sekitar mahluk itu muncul. Akhirnya setelah usang menggali, mereka mendapat tulang-belulang yg cukup besar yang diduga itu adalah tulang badan gadis yg tewas 13 tahun lalu itu. Bahkan mereka memperoleh tengkorak kepalanya dan beberapa benda mirip jam tangan dan kalung punya gadis itu.
Setelah semuanya dikebumikan dengan patut, Lena menyaksikan kurang jelas bayangan yg melambaikan tangan padanya dan mengucapkan “terima kasih”. Lena tersenyum bahagia dan membalas melambaikan tangan juga. Dan bayangan itu menghilang, untuk selamanya.
_______
SEKIAN
Posting Komentar