Kiriman member : Dimmas ****
saya ingin berbagi cerita ketika pertama kali (dan agar terakhir kalinya) saya bertemu dengan makhluk halus. pengalaman ini ku alami dikala aku berusia sekitar 8 tahun. Langsung saja ke dongeng….
Aku masih ingat betul, malam itu sekitaran tahun 1994 di salah satu Perumahan Tentara Nasional Indonesia AU di bekasi selatan. Malam itu saya ingat sekali, jam 9 malam hari kamis (malam jumat). Aku hanya tinggal berdua dengan pengasuhku malam itu, sebab ibuku belum pulang kerja dan ayahku pun belum pulang kerja (dikala ini ayahku telah alm.).
Setelah tamat nonton salah sesuatu kuis yang populer pada tahun itu (kuis apa ini apa itu inget ga??) sekitar jam 9 malam, temanku Oman dan Amir (nama bekerjsama) memanggilku buat main petak umpet diluar. Oman dan Amir merupakan adik abang. semenjak kecil saya memang kadang main sama anak-anak perjaka ^^
Begitu mendengar panggilan mereka berdua, kontan saja aku bangun dari dudukku dan eksklusif bilang sama pengasuhku “Mbak, saya mau main lalu yah” pamitku pada pengasuhku, sebut saja namanya Mbak Ipah (aku lupa-lupa ingat namanya alasannya adalah kadang ganti pengasuh).
“Mau kemana neng? udah malam tuh” ujar Mbak Ipah melarang, dia masih asik nonton tv.
“Mau maen sama Oman sama Amir sambil nungguin Ibu pulang!” kataku girang.
“Ih, jangan maen udah malem Neng, ini kan malem jumat, ntr ada setan loh” kata Mbak Ipah menakut-nakutiku.
tetapi dasar anak kecil, bukannya nurut malah nantangin dengan sok-nya. Saat itu dengan lantang saya bilang sama Mbak Ipah:
“Mana ada setan! saya ngga takut sama setan!” kataku sombong lantas berlari keluar rumah tanpa menghiraukan panggilan Mbak Ipah dari dalam.
15 menit. Setengah jam. 45 menit.
Aku, Oman dan Amir dengan lancar dan tanpa ada rasa takut masih asik main petak umpet di luar, tanpa terasa udah hampir sejam aku main dengan mereka.
Rumahku itu ada sempurna dipojokan komplek, dan di samping kiri rumahku itu jalanan menurun dan bila jalan ke atas itu sudah beda blok. Nah di samping jalan ada kebun, sumur kecil yg umum dipakai warga kampung untuk mandi dan buang hajat juga ada 5 makam. 3 makam orang akil balig cukup akal dan 2 makam anak kecil.
kebun itu yaitu perbatasan antara jalan komplek dan jalan kampung. di samping kiri jalan kampung ada sesuatu warung gubuk milik Oman dan Amir. Mereka kebetulan tinggal di perkampungannya bukan di komplek. Biasanya warung itu tutup sebelum Maghrib, namun entah ada apa dikala itu Oman dan Amir serta kakaknya balik lagi ke warung malam-malam. kakaknya sibuk di dalam warung sedangkan aku dan Oman-Amir main di luarnya.
Catatan: kebun, sumur dan kuburan yang membatasi jalan komplek dan jalan kampung memang sudah terkenal banyak penampakan. yang paling santer adalah penampakan perempuan berbaju merah >,<
Saat itu saya mendapat giliran jaga tiang, tiangnya itu ada di depan warung dan saya jaga membelakangi kebun, sumur dan kuburan. Aku asik berhitung sementara 2 temenku mencari kawasan sembunyi.
“1,2,3,4,5,6,7,….” teriakku kencang sambil menutup wajahku ke tiang yg kami jadikan sasaran permainan.
“Jangan ngintip loh!Ngintip dosa!” jerit Oman entah dimana.
“Buruaan donggg ngumpetnyaaa!” balasku masih dalam posisi menutup mata di tiang.
“12,13,14,15,16,17…” lanjutku berhitung.
“Udaaaahh!” jerit Amir lantang sehabis hitunganku hampir meraih 20.
saya kontan membuka mata, dengan semangat 45 saya cepat-cepat mencari mereka. lirik kanan-kiri. lari sana sini. aku cari-cari mereka dari warung mereka hingga pagar rumahku. sekitar 3 menitan aku mencari belum ketemu, saya balik lagi ketiang jagaku, dulu datang-tiba…
SRAAK SRAAKK SRAAKK!
Amir keluar buru-buru dari balik rumput-rumput kebun, spontan saya pribadi megang tiang jaga sambil teriak “Amir Pong!” kataku girang. tapi begitu Amir sampai ketiang, sambil ngosngosan dia bilang:
“Lu liat ngga disana ada apaan?” tanya Amir kecapekan karena lari-lari kayak diburusetan.
“Mana sih???” tanyaku celingak-celinguk.
“Itu tuhh…” Amir menunjuk ke sesuatu arah di depan kebun “Yang disumur… itu.. apaan sih..lu liat ngga?” katanya lagi cemas sambil nunjuk dengan jelas kearah sumur kecil ngga jauh dari daerah dia ngumpet tadi.
“Itu… apaan sih?” tanya beliau lagi masih ragu sama yg diliat.
kontan, begitu jari telunjuk Amir menunjuk terang ke sesuatu titik, aku pun sadar dan menyaksikan apa yang Amir liat!
disana, tepat di depan sumur yg ditutupi karung-karung bekas beras, tepat di samping pohon rambutan besar, aku menyaksikan sesosok makhluk putih, tinggi besar (hampir setinggi pohon rambutan) tengah asik melihat dengan tatapan kosong kearah kami. Makhluk itu hanya bangun membisu dibalut kain putih lusuhnya. Wajahnya mirip cuek, kaku dan pucat mirip tanpa darah.
aku tersentak terkejut , alasannya makhluk itu sungguh-sungguh memandang kearah kita:
“POCONG!” Jeritku kencang dan lantang.
“Tuhkan bener!!!” Amir segera kalang kabut teriak-teriak “Setaaann! Setaaan mpook!” ia lari ke dalam warung. sementara saya masih kayak orang bego membisu ditempat. Ngga tahu kenapa saya malah diam sambil menyaksikan Pocong itu. selang bebrapa waktu, saya ditepuk oleh Amir yg sudah sibuk kabur dari sana sama Oman dan Kakaknya.
“Buruan Pulang! gw pulang dahulu yaa… pulang sana pulang!” suruh Amir lantang kemudian lari terbirit-birit bertiga.
terjaga dengan apa yg kulihat, saya cepat-cepat pulang kerumah, rumahku yang cuma berjarak dua meter dari sumur daerah Pocong itu berdiri T_T
Dirumah saya segera gempar teriak-teriak ke pengasuhku “Mbak Ipaaaahh Mbak Ipaahhh ada Pocooongg” kataku ketakutan.
Mbak Ipah yg kaget mendengar jeritanku segera keluar dari dapur sambil nanya “kenapa?”
“Mbak ada Pocong di sumur Mbak, buruan yuk kerumah Mamah Halim ajah!” Mamah Halim merupakan neneku, rumah nenekku ada di blok atas.
“Makanya bila Mbak kasih tau jangan bandel” omel Mbak Ipah sambil terburu-buru mengunci Pintu.
Karena jalan terdekat menuju rumah Nenekku ialah jalan bersahabat sumur itu, kesannya dengan terpaksa saya dan Mbak Ipah, melalui jalan memutar yg lebih jauh. Kamipun sampai ke rumah Nenek.
Aku sempat cerita sama Nenekku wacana Pocong itu, namun cerita anak umur 8 tahun ngga diandalkan sama sekali, begitupun dengan Ibuku, saat Ibuku tiba menjemput sekitar jam 11an, saya cerita apa yg kualami, tetapi IBuku juga tidak yakin. Rasanya kecewa, sedih dan takut campur aduk jadi satu. yang yakin hanya Mbak Ipah karena Mbak Ipah memang orang kampung sebelah.
dikala pulang kerumahku, Ibuku memaksa buat jalan lewat jalan turunan yang ada sumur itu, padahal saya sudah ajak memutar, sebab saking takutnya ketemu Pocong lagi, tapi omonganku ngga di gubris.
detik-detik mendekati Sumur, aku semakin merapatkan tubuhku ke Ibuku, aku memeluk erat pinggang Ibuku sambil ngumpet di bajunya, rasanya persendian ini mau copot saking takutnya.
“Mana tuh, Ngga ada apa-apa kok” kata Ibuku dikala pada kesudahannya kami melewati kebun dan sumur dijalanan menurun. Aku ngga berani melihat, aku cuma ngumpet di badan Ibu sampai hingga kerumah.
Semalaman saya ngga bisa tidur, rasanya paranoid banget.
Nah, sekian pengalamanku dahulu, itu pertama kalinya aku melihat penampakan secara terang, dan semenjak dikala itu saya sungguh-sungguh takut sama yg namanya Pocong walaupun cuma fotonya saja.
Terima Kasih sudah baca ceritaku, maaf kalau terlalu panjang dan tak seram ^^
Wassalam
Posting Komentar