CSH - Setiap kawasan memiliki iktikad mengenai mahluk-mahluk bunian ini, di kawasan Inhil Riau, orang Bunian diyakini yakni sebangsa Jin yang hidup secara berkelompok dan mendiami daerah pesisir Inhil dan berpusat dikawasan sungai Mrusi. Mereka dipercayai dengan fisik ibarat manusia tapi dengan perbedaan yg terdapat pada bab kaki. Menurut cerita yg diceritakan secara turun temurun, bangsa ini berciri khas dengan tumit kaki berada dibagian depan dan jari-jari kaki mengarah ke belakang.
Aktifitas keseharian kalangan yg diyakini dari bangsa jin ini seperti manusia. Mereka juga makan, minum, berkeluarga, berjualan dan melakukan berbagai aktifitas yang yang lain seperti di alam insan.
Aktifitas keseharian kalangan yg diyakini dari bangsa jin ini seperti manusia. Mereka juga makan, minum, berkeluarga, berjualan dan melakukan berbagai aktifitas yang yang lain seperti di alam insan.
Komunitas ini semenjak dahulu diyakini tidak jarang melaksanakan komunikasi dengan kelompok insan. Bahkan dahulu era, Orang Bunian kadang memamerkan derma kepada insan, baik dalam menunjukkan sumbangan pengobatan sampai kepada problem kehidupan sehar-hari.
“Menurut kisah orang bau tanah saya, dahulu, setiap kali akan melakukan pesta hajatan, untuk keperluan peralatan pesta bangsa insan kadang meminjam perlengkapan dari orang bunian, seperti piring, sendok dan gelas.” Kisah mak iyang (67) seorang warga Inhil saat mengobrol dengan detikriau.wordpress.com gres-baru ini di Tembilahan.
Dikisahkannya, setelah melakukan ritual khusus, peralatan-peralatan pesta ini diantar orang bunian lewat pemikiran sungai.
“Kalau telah selesai, perlengkapan pesta tersebut kami kembalikan dengan cara menghanyutkannya kembali dialiran sungai. Tapi ingat, jangan sampai kurang alasannya adalah mereka tak akan meminjamkan lagi kalau perlengkapan tersebut dikembalikan tidak lengkap.” Sebut Mak Iyang.
Masih berdasarkan Mak Iyang, untuk pesta tersebut, manusia juga mengundang kedatangan mereka. “lazimnya mereka datang berwujud mirip manusia biasa, tapi ya itu, kaki mereka terbalik. Kedatangan dan Kepergian mereka ke pesta tersebut dengan cara ga’ib. Bahkan dulu juga dikisahkan banyak terjadi perkawinan bangsa insan dengan orang bunian ini. Sampai dikala ini, tanpa sengaja manusia tidak jarang berjumpa secara eksklusif maupun melalui alam mimpi.
Didaerah lainnya, bengkuli- Kerinci, Jambi, orang Bunian disebut sebabah yang ialah satu bentuk yang mirip dengan insan, cuma saja mereka berbadan kecil dan berkaki terbalik.
Lebih kedaerah pedalamannya lagi ada juga cerita perihal mahluk Gugua, yg mempunyai perawakan berbulu lebat, pemalu dan suka menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Konon pada zaman dahulu mahluk ini dapat ditangkap. Masyarakat dulu menangkap mahluk ini dengan menyiapkan suatu perangkap. Ada juga dongeng perihal perkawinan mahluk ini dengan masyarakatsetempat dan memiliki keturunan.
Di gunung Sebelat (Taman Nasional Kerinci) Orang bunian diandalkan ialah komunitas insan hutan. Masyarakat lokal menyebutnya Uhang Pandak. Salah satu peneliti abnormal yang bernama Deborah Martyr begitu sungguh kesengsem dengan legenda ini dan sedang penelitian, namun sampai saat ini observasi tersebut belum menunjukkan hasil. Istilah Uhang pandak yaitu pemahaman dari orang yang berbadan pendek.
Mereka ialah mahluk yang keberadaannya telah dikenali semenjak ratusan tahun yg kemudian, namun hingga saat ini sulit menemukan bukti fisik dan otentik wacana eksistensi mahluk ini. Keberadaan mereka sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yg secara tak sengaja bertemu dengan mereka, banyak dari turis dan peneliti luar negeri yang sedang riset wacana alam Gunung Sebelat secara tidak sengaja berjumpa dengan kumpulan mahluk ini.
Informasi yang sukses dikumpulkan bisa memamerkan gambaran mengenai Uhang Pandak ini. Mereka ialah mahluk yg hidup di atas tanah, berjalan dengan kedua kakinya dengan badan yg diselimuti oleh bulu pendek (abu-abu sampai coklat) dan tinggi badan sekitar 80 cm sampai 150 cm. Beberapa ahli bahkan mengklasifikasikan Uhang Pandak sebagai bagian dari rantai evolusi yg mereka sebut “monyet misterius”.
Selama tiga tahun terakhir, para peneliti setempat dan luar negeri sudah menjelajah hutan dengan harapan bisa mendapatkan bukti eksistensi penduduk Uhang Pandak. Mereka telah melaksanakan banyak cara dari akan memasang kamera trapping di wilayah hutan terutama daerah dimana tidak jarang terjadi laporan penampakan para mahluk tersebut hingga dengan pembuatan perangkap bagi menangkap salah satu dari mahluk itu.
Para ahli merasa kawatir jikalau memang keberadaan eksistensi Uhang Pandak ini ada, bukan mustahil mereka melakukan terancam kepunahan selaku akibat dari acara penebangan dan penghancuran lingkungan mereka.
Selain uhang pandak banyak komunitas orang bunian lain yang dipercaya oleh masyarakat di banyak sekali daerah. Sebagian iktikad tersebut bahkan mengatakan bahwa komunitas masyarakat orang bunian itu bukan komunitas mahluk halus, namun suatu mahluk yang seperti manusia yg memiliki sedikit perbedaan dengan mahluk insan, ada yang berpendapat mereka adalah ras insan tersendiri dan merupakan bab dari ras mahluk insan antik.
Terlepas dari benar tidaknya mereka ialah bagian dari mahluk halus ataupun ras insan yang berlawanan. Global masih menyimpan misteri yang harus terus dilakukan penelitian perihal eksistensi mereka. Bukankah berbagai peninggalan dan kerangka mahluk setengah monyet atau yang gres-gres saja dtemukan perihal insan pendek dari Flores menunjukan ada sebuah komunitas mahluk diluar manusia terbaru yang pernah ada dan mampu jadi mereka tersembunyi untuk sebuah hari mampu ditemukan.
Posting Komentar