Kiriman Member :Zhu
Hallo penggemar cerita horor.
Kembali saya sajikan dongeng buat kalian segala.
Ini adalah dongeng ke-2 aku.
Kali ini merupakan dongeng dari sobat akrab aku bernama Santoso.
Disini beliau yang mulai saya jadikan tokoh utamanya.
Langsung saja ke cerita.
CSH - Sekedar info, rumahku ini yaitu daerah berkumpul teman-sobat satu gank. Biasanya ada yang nginep, ada juga yg pulang tengah malam, jam 2, subuhjuga ada. Kaprikornus tergolong bebas mau masuk atau pulang jam berapapun. Biasanya mereka akan membangunkanku jika datang ataupun pulang. Aku tinggal cuma bareng nenek.
Ayah, ibu dan adikku ada di jakarta.
Biasanya, bawah umur berkumpul di ruang TV. Yaitu ruangan yang berada tepat di samping ruang tamu. Ad interim nenek tidur di kamar paling belakang. Sengaja memang, supaya beliau tidak terganggu saat bawah umur lagi pada ngumpul.
Nah, waktu itu tepat malam jum'at. Ntah jum'at kliwon atau apa saya telah lupa.
Aku tertidur sekitar jam 9 malam dengan TV yg masih menyala sebab badanku terasa sangat lelah sesudah pulang sekolah tadi, saya pribadi bermain badminton.
Karna malam jum'at, maka jarang ada yg tiba ke rumah.
Biasanya pada kumpul bersamakeluarga dikediaman masing-masing.
Paling malam nanti gres pada dateng. Itupun cuma beberapa anak saja.
Saat tidur dengan nyenyaknya, sekitar pukul 11, aku merasa ada yang masuk dan duduk di depan TV.
Aku tidur agak jauh dari TV dan posisi menghadap tembok.
Saat ku lirik beliau, sekilas mirip Jerry.
Nggak terlalu terperinci memang. Namanya juga orang lagi tidur.
Yang pasti, insiden mirip ini telah biasa.
Kadang dikala aku terbangun tengah malam, belum dewasa sudah pada ngumpul disini tanpa ku pahami kapan hadirnya.
Dan kalau dibandingkan yg lain, Jerry memang yang paling kerap tiba malam-malam karna rumahnya berjarak dua meter di belakang rumahku.
Dia tiduran di depan TV sempurna di sebelahku.
Ku lanjutkan kembali tidurku yg terpotong tadi.
Kira-kira pukul 11.30, saya kembali tersadar dan teringat lampu ruang tamu masih nyala dan pintu depan belum aku kunci.
Dengan malas aku bangun dan mendapati beliau masih tiduran di depan TV membelakangiku.
Dengan langkah gontai saya langsung ke depan tak terlalu memperhatikannya.
Saat saya telah mengunci pintu dan mulai kembali ke ruang TV, saya baru beberapa langkah menjauh dr pintu. Tapi tiba-tiba pintu ada yg menggedor.
Dan saat saya buka...
Apa-apaan ini...
Begitu terkejutnya saya karena yang ada di depanku merupakan Jerry.
Darahku seakan berhenti di sesuatu titik.
Aku cuma bengong tak percaya dengan apa yang aku liat kini.
Jerry tiba cuma untuk menanyakan apakah Welly berada disini apa tak.
Masih dengan bengong saya hanya menggelengkan kepala.
Jerry lalu pergi dan bilang mau pulang.
Sedangkan saya tetap terpaku dan membiarkan ia pergi.
Baru beberapa dikala dahulu logika sehatku mulai pulih dan sadar, saya kini ada dalam posisi yg rumit.
Kalau bukan Jerry, kemudian siapa itu ?
Kenapa tadi saya tak mengundang Jerry dan meminta ia menemaniku disini saja.
Ah, kurang pandai sekali saya ini.
Dengan seluruh rasa yang berkecamuk. Aku sedikit ragu untuk kembali melanjutkan tidurku di ruang TV.
Antara ingin tau dan takut, saya menjajal kembali ke ruangan itu.
Dari bersahabat memang samar-samar terdengar bunyi TV.
Apa mungkin itu cuma halusinasi karna memang saya gres bangun ?
Mungkin nyawaku belum sepenuhnya menyatu dengan raga. Makara gampang ngelantur.
Ah, periode bodo.
Dengan langkah ragu, saya selalu berjalan memasuki daerah itu.
Dan...
Ternyata memang disitu tak ada siapapun. Kondisi TV juga masih menyala.
Ah, mungkin benar hanya halusinasi.
Tapi bulu kudukku tetap masih bangkit.
Kemudian aku mematikan TV, kemudian kembali menghempaskan tubuhku, mempesona selimut, dan menjajal kembali terlelap.
Cukup lama aku tidak bisa tertidur karna rasa takut dan galau terus mendominasi otakku. Tp ku kuatkan bahwa itu semua cuma halusinasiku saja.
Karna fisik yg letih mungkin, lambat laun mata ini terlelapjuga.
Entah pukul berapa, ku dapati tidurku sudah berubah menghadap TV.
Saat mata ini akan terbuka, kurang jelas tampakbenda gila di depanku.
Sebentar aku berpikir itu cuma bantal guling. Tapi kenyataannya saya tidak memiliki guling berwarna putih. Dan ini lebih besar.
Mataku yang masih setengah merem makin ku tajamkan.
Dan betapa kagetnya aku setelah menyadari yg ada di depanku ternyata bukan bantal guling ataupun benda yg yg lain.
Itu Pocong.
Yah, tidak salah lagi itu pocong.
Tubuh itu terbungkus kain kafan yang sudah kotor dan lusuh dengan posisi tidur membelakangiku.
Seketika tubuhku eksklusif mematung tak dapat di gerakkan, suaraku seperti tertahan di tenggorokan.
Aku hanya setengah berdiri dan terpaku dengan ekspresi terbuka lebar tanpa ada sedikitpun suara.
Sekitar 10 detik saya melihat itu. Dan rasanya seakan lama sekali.
Sekuat tenaga ku paksakan tubuhku bergerak membelakanginya dan eksklusif bersembunyi di dalam selimut.
Aku tidak tau lagi harus berbuat apa. Setiap detik kurasakan seperti dua jam.
Keringat hambar membanjir keluar dari segala pori-pori kulitku.
"Setan brengsek...
Ngapain juga tidur bersamague disini. Kurang kerjaan banget sih lo", kutukku dalam hati.
Akhirnya ku kumpulkan segala keberanianku.
Dengan bergetar, ku tengokkan wajahku perlahan.
Sangat perlahan.
Dan tenyata...
tidak ada apapun disitu.
Sialan...!!
Nafasku pribadi ngos-ngosan. Aku pribadi terbangun dan memastikan apa pocong keparat itu sudah pergi atau belum.
Mataku menelusuri setiap sudut ruangan.
Huft, mungkin sudah pergi.
Seakan masih ragu, kembali ku mantapkan dengan membuka pintu. Dan memang telah tidak ada.
Nafasku akan agak teratur kini.
Ku mencoba menenangkan diri sejenak.
Ku balikan tubuhku dan...
Ya TUHAN...!!
Posisinya persis berdiri di depanku.
Mukanya berhadapan segera dengan mukaku.
Wajahnya hitam, hancur tidak berupa . Aku berteriak sekuat tenaga, tetapi hanya suara geraman yang keluar.
Ku kerahkan seluruh tenaga untuk segera menjauhi dari mahluk terkutuk itu.
Berat sekali rasanya langkah ini. Tapi terus saja ku paksakan.
Aku berlari menuju pintu depan, membuka kunci, dan eksklusif berlari keluar.
Entah kemana tujuanku aku tidak tau. Yang utama menjauh dari mahluk itu.
Langkah kakiku menuntun raga ini menuju rumah Jerry yang tidak jauh dr rumahku.
Aku pribadi buka pintunya yang ternyata tidak dikunci. Ku dapati Welly juga ada disitu. Mereka melakukan asyik begadang.
Melihatku tiba tiba-tiba dengan wajah pucat, nafas ngos-ngosan, dan keringat acuh taacuh mengucur deras.
Mereka bertanya kepadaku apa yg terjadi.
Setelah meminum segelas air putih, ku jelaskan terhadap mereka bahwa ada pocong di rumahku.
Mendengar itu, mereka tertawa seakan mendapat kisah humor segar.
Awalnya mereka memang menganggapku bercanda. Tapi melihat keadaanku seperti ini, karenanya mereka sedikit percaya meski masih menganggap itu segala cuma perasaanku saja.
Ajakan mereka buat menetapkan eksistensi pocong itu saya tolak mentah-mentah. Walaupun mereka memaksa tetap saya tolak.
Akhirnya mereka mengalah dan aku begadang dengan mereka sampai pagi.
Paginya Nenekku meanyakan kemana saja saya semalam dan kenapa pintu depan masih terbuka.
Saat ku ceritakan secara rinci, ia juga ikut tertawa dan bilang mungkin saya bakal dapet rejeki.
Hah, rejeki apaan.
Pocong brengsek, salah apa aku hingga dikau mampir kesini seluruh.
Dan sejak dikala itu, tiga hari saya tidak berani tidur sendiri.
Minimal mesti ada tiga orang yang tidur ditempatku.
Demikian kisah horor yang dapat aku suguhkan.
Maaf kalo kurang panjang.
Semoga anda terhibur dan...
Matur Thank you.
Posting Komentar