Halloween Costume ideas 2015

Disini tempat bagi kamu yang bernyali besar karena konten-kontenya full dengan cerita misteri super horro

Toko Burger

Kiriman member : Nina Sari

Tak mirip lazimnya , besok saya ingin sekali pergi ke toko burger. Katanya, di kota ada sesuatu toko burger populer yg baru dibuka. Rumor mengatakan, pada hari pembukaannya (ialah besok) harga burger di toko itu hanya 50 sen per buah. Karena argumentasi itulah, saya ingin pergi kesana.

Bukankah itu suatu hal yg lumayan, menerima burger yang yummy dengan harga semurah itu. Siapa orang yang tidak ingin menerima peluang langka mirip itu? Sepulang kerja, aku segera merebahkan badanku di sofa. Menonton TV sembari membayangkan kira-kira berapa burger yg sanggup kubeli keesokan harinya. Tapi tak berselang lama, sebuah keterangan di TV membuyarkan lamunanku.

"Telah terjadi pembunuhan besar-besaran di Panti Asuhan Brownsburry. Anehnya, tidak didapatkan satupun jenazah di dalam gedung Panti Asuhan tersebut. Hanya terdapat genangan darah di setiap ruangan dalam gedung. Polisi masih coba bagi menilik masalah ajaib ini dan motif dibaliknya."

'Hmm, cukup gila. Tapi hal mirip itu takkan membuatku mengurungkan niat untuk membeli burger murah itu besok.' pikirku. Aku kemudian mematikan TV dan pergi tidur.

Hari ini merupakan hari pembukaan toko burger baru. Saat istirahat makan siang, aku bergegas pergi kesana. Tampaknya bukan cuma aku yg ingin membeli burger murah. Aku menyaksikan dua sobat kantorku, teman SMA ku lalu, beberapa tetanggaku.
Sangat banyak sangat ramai, sungguh-sungguh sarat sesak. Aku sempat ragu apakah saya mulai tetap mengantre burger. Aku takut jam makan siangku habis hanya bagi mengantre. Lalu aku berpikir, 'Ah, sudahlah. Tak apa sekali-kali datang telat.' Aku terus mengantre.

Akhirnya, tibalah giliranku buat memesan burger.
"Pak, double cheese burger sesuatu."
"Ini ia." Pelayan langsung memberikan kantong berisi burger yang masih hangat.
"Whoa. Cepat sekali! Berapa harganya?"
"Sesuai promo, 50 sen."
"Baik, ini uangnya. Terimakasih!"
Aku secepatnya pergi meninggalkan toko burger itu. Antrian tampakmakin panjang bersama-sama dengan kepergianku.

Sesampainya di kantor, saya sungguh-sungguh dibuat heran. Sangat sepi, seperti tak ada tanda kehidupan. 'Mungkinkah siapa saja pergi ke toko burger itu?' pikirku. Aku bergegas pergi ke mejaku dan akan melanjutkan pekerjaanku sambil memakan burger yang gres saja aku beli. Sedap sekali. Dagingnya lembut, sausnya sangat terasa. 'Pantas saja toko itu sungguh terkenal di tempat-kawasan yang lain'. Aku selalu melahap burger itu.

Hingga mendekati jam pulang kantor, dua sobat kantorku belum kembali dari toko burger itu. 'Sangat mengherankan, antriannya pastilah sungguh panjang.' pikirku. Tak ingin banyak mencampakkan waktu, aku menentukan bagi segera pulang ke rumah. Sebenarnya aku punya kesepakatan dengan salah seorang sobat kantorku, tetapi ia belum kembali dari mengantri. Aku lebih menentukan bagi membatalkan akad dengannya.

Dalam perjalanan pulang, saya melihat toko itu sudah tutup dan sepi. 'Lalu, kemana perginya sobat-temanku?' tanyaku dalam hati. Aku tidak bisa tidur dan terus menimbang-nimbang hal itu.

Keesokan harinya, saya masih saja memikirkan nasib temanku. Dari kemungkinan terbaik, sampai kemungkinan terburuk. Di kantor, meja temanku kosong. Aku menanyakan ihwal hal ini pada dua orang di sana, namun tidak ada seorang pun yg tahu. 'Belum pulang semenjak kemarin? Kemana perginya beliau?' aku masih saja gundah.

"Hei, apa yang kamu lamunkan?" tanya Louis, teman sekantorku.
"Oh. Nir ada. Tidak ada."
"Ayolah. Setiap kali kau melongo, niscaya ada yang sedang kau pertimbangkan."
"Okay. Baiklah. Ini ihwal Marcel. Sejak kemarin sore sampai hari ini aku sama sekali belum melihatnya."

"Kau tahu bagaimana tipikal Marcel kan, Pablo? Dia memang orang yg mirip itu, suka menghilang tiba-tiba. Jangan terlalu mencemaskannya. Oh ya, kau tahu. Harga burger di toko gres itu naik menjadi 1 Dollar." Aku eksklusif pergi meninggalkan Louis.

Aku bergegas menuju toko burger baru itu. Aku sudah sedikit melupakan problem tentang Marcel. Aku cuma ingin menandakan perkataan Louis. Ternyata benar juga. Harga burger itu menjadi 1 Dollar. Antrian kelihatan tak sepadat kemarin. Aku sama sekali tak berminat bagi membeli burger, jadi saya eksklusif kembali ke kantor. Sorenya dalam perjalanan pulang, kulihat toko burger itu sudah tutup sama mirip kemarin.

Keesokan harinya di kantor
"Hei, Pablo! Kau tahu, harga burger di toko itu naik lagi. Sekarang harganya menjadi 1,5 Dollar."
"Lou, bisakah kalian berhenti membahas burger. Aku masih banyak permasalahan."
"Oh, baiklah." Louis pergi meninggalkanku
Aku tidak tahu mesti bagaimana. Tugas kantor sangat banyak, Marcel belum juga kembali, saya benar-benar tertekan. Tak ada waktu memikirkan berapa harga burger di toko itu.

Hingga alhasil, tubuhku sudah sampai pada batas ketahanannya. Aku jatuh sakit dan harus dirawat dengan waktu yang lama. Sejujurnya, aku sangat tidak mau dirawat di rumah sakit. Bau obat-obatan membuatku sungguh tak nyaman. Aku tak tahu berapa lama aku akan dirawat di sana. Aku juga masih tidak tahu bagaimana kabar Marcel. Hanya Louis dan Julia pacarku, yang menjengukku saban hari.

Akhirnya, dokter memperbolehkan saya untuk keluar dari rumah sakit. Julia tiba menjemputku. Tak mirip umumnya, beliau cuma diam. Dalam perjalanan pulang, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Sesampainya di rumah, ia pribadi pergi begitu saja. 'Pasti ada sesuatu yang abnormal.' pikirku.
Keesokan harinya, saya kembali pergi bekerja. Kantor terlihat lebih sepi dari biasanya. Aku mencoba bertanya pada seorang temanku.

"Hei, Rachel. Kenapa kantor kelihatan sepi?"
"Aku tidak tahu, Pablo. Beberapa orang tiba-tiba menghilang. Matt, Andrew, Marie, Katie, dan kau niscaya tahu. Marcel. Mereka tidak pernah tampakmelakukan pekerjaan kembali."

"Sesuatu pasti sudah terjadi, Rachel. Katakan padaku apa yg telah terjadi kemarin."
"Beruntung sekali kamu. Aku mencatat hal-hal yg telah terjadi sebelumnya. Kemarin harga burger di toko baru itu 25 Dollar. Kemarin juga hari dimana kamu keluar dari rumah sakit sehabis 1 bulan dari rumah sakit. Hanya itu."

Aku secepatnya menelpon Julia. Sangat banyak pertanyaan di dalam benakku yang menunggu bagi dijawab. Julia menjawab panggilanku. Dia hanya ingin menceritakannya nanti ketika perjalanan pulang. Saat ini dia sedang sibuk. Terpaksa aku mengiyakan keinginannya.

Sorenya, aku pergi menjemputnya di kantor. 'Aneh, kantornya sudah sepi. Terlihat sama sekali tak ada aktivitas. Kira-kira di mana Julia kini berada?'

1 jam, 2 jam, 3 jam, 5 jam telah saya menunggu kedatangan Julia. Aku selalu berusaha untuk menghubunginya tapi tidak dijawabnya. 'Apa yg terjadi padanya? Jangan, aku mohon jangan seperti Marcel.' Air mata keluar membasahi pipiku. Aku pergi meninggalkan kantor Julia.
'Pasti seluruh ini ada keterkaitannya dengan toko burger baru itu. Aku hanya perlu membuktikannya sesegera mungkin. Aku berjanji.'

Keesokan harinya, saya dan Louis memutuskan buat mengusut toko burger baru itu. Toko itu telah tutup. Aku menetapkan buat membuka pintu depan. Pintu itu tak dikunci. Kami berdua menerobos masuk. Salah sesuatu pramusaji menyaksikan perbuatan kalian.
"Pak, kami sudah tutup."

"Kami berdua cuma ingin memesan burger." kataku
"Maaf, pak. Kami kehabisan daging untuk bahan patty. Terpaksa kalian memaksimalkan harganya dari hari ke hari."

"Kami menghendaki burger dan kau mesti memberikannya pada kami. SEKARANG!" Louis mengancam "Baik, setuju. Tetapi kita mesti membayar mahal."
Tiba-tiba saya merasakan pukulan benda tumpul tentang tengkukku. Aku terjatuh ke lantai. Semua menghitam.


Aku merasakan hawa dingin yg tak biasa. Sangat acuh taacuh. Kedua tangan dan kakiku terikat. Sesuatu menutupi mataku. 'Aku harus keluar dari sini. Aku mesti!' Aku selalu menjajal menggerakkan segala tubuhku namun tak mampu.

"Wah wah wah, tampaknya kau telah sadar." bunyi itu terdengar mirip bunyi pramusaji tadi.
"Sayang sekali, kita benar-benar tak mampu memberimu burger. Sebagai gantinya, kau akan menjadi materi patty."
Aku diam.

"Kau tahu belum dewasa Panti Asuhan itu? Well, mereka telah menjadi patty dalam burger yg telah kau makan. Kau mau tahu bagaimana nasib Marcel dan kekasihmu Julia? Mereka telah berada di penggorengan. Mau tahu apa yg terjadi pada Louis? Kami tengah membumbuinya. Kau hanya perlu menanti waktu bagi masuk mesin penggiling.

***END***

Posting Komentar

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget